Tepi Barat, Gontornews — Seorang perempuan Palestina ditembak mati setelah diduga berusaha menikam tentara Israel di pos pemeriksaan yang berada di perbatasan Tepi Barat dan Yerusalem Timur , Rabu (18/9).
Menurut Petugas Medis dan Media setempat, perempuan itu meninggal akibat luka setelah pasukan Israel melepaskan tembakan ke arahnya di pos pemeriksaan militer Qalandiya antara kota Ramallah di Tepi Barat pusat dan menduduki Yerusalem Timur.
Kantor Berita resmi Palestina WAFA menjelaskan pasukan Israel telah menembaki wanita yang belum diidentifikasi itu, dan melukainya meskipun perempuan tersebut tidak menimbulkan ancaman.
Seorang saksi mata mengatakan, tentara Israel membiarkan perempuan itu dibiarkan berdarah di sisi jalan dalam waktu yang lama, sebelum akhirnya ia diangkut ke rumah sakit di Yerusalem dan dinyatakan meninggal.
Kementerian Kesehatan Palestina kemudian mengkonfirmasi bahwa ia meninggal karena luka tembak yang dideritanya.
Sebuah video dari insiden yang beredar di media lokal itu menunjukkan personil keamanan Israel menembak seorang wanita dengab jarak yang cukup dekat.
Sementara itu, Juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld mengatakan perempuan itu telah mendekati pasukan keamanan di dekat kendaraan di pos pemeriksaan. Dia juga mengabaikan panggilan tentara untuk berhenti.
“Dan menarik pisau sebelum ditembak di kaki,” jelasnya, Aljazeera.
Sejumlah kelompok hak asasi manusia baik lokal dan internasional telah mengemukakan kekhawatiran bahwa pasukan keamanan Israel telah menggunakan kekuatan berlebihan ketika menghadapi Rakyat Palestina yang melakukan serangan atau mereka yang diduga melakukan serangan.
Polisi Israel sendiri telah melonggarkan peraturan terbuka pada tahun 2015, di mana petugas boleh melepaskan tembakan dengan amunisi langsung pada mereka yang melempar batu atau bom api sebagai pilihan awal.
Insiden penembakan itu terjadi sehari setelah Israel mengadakan pemilihan umum, dimana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan penantang utamanya Benny Gantz bersaing ketat untuk memimpin Israel.[Devi Lusianawati]