Jakarta, Gontornews – Kamis (28/3/2024) bertepatan dengan 17 Ramadhan 1445. Sore itu manajemen Majalah Gontor menggelar acara buka bersama (Bukber) untuk segenap krunya. Pemimpin Umum Majalah Gontor Dr KH Mohammad Emnis Anwar, Lc, MA ikut hadir. Pak Emnis –demikian kami biasa menyapa alumni Gontor tahun 1976 itu— datang ditemani sang istri, Siti Bakhriatin, SH.
Acara Bukber diawali dengan Rapat Koordinasi. Rapat seperti ini biasa kami selenggarakan setiap bulan. Biasanya pada tanggal 27. Seperti biasa Rapat Koordinasi diawali dengan sambutan, tausiyah, atau arahan dari Pak Emnis.
Saat itu tidak ada tanda-tanda Pak Emnis sedang sakit. Karena itu kami semua kaget ketika Senin, 8 April 2024, malam bertepatan dengan tanggal 28 Ramadhan 1445 ada kabar Pak Emnis wafat.
Ternyata, menurut keterangan keluarganya, pada hari Rabu, 27 Maret 2024, sehari sebelum acara Bukber itu, Pak Emnis sakit. Ia merasakan mual dan akhirnya muntah di rumah adiknya di Bogor. Pak Emnis lalu mengonsumsi obat yang biasa dikonsumsi jika mual dan muntah.
Pada Senin, 1 April 2024, Pak Emnis merasakan sesak nafas dan nyeri di persendian. Kemudian sang istri membawanya ke bagian IGD di RS Resti Mulya Pulogebang, Jakarta Timur. Dokter memberikan obat untuk diminum dan obat melalui suntikan karena Pak Emnis tidak mau membatalkan puasanya. Namun, karena rasa sakitnya tidak kunjung reda, akhirnya Pak Emnis memutuskan untuk membatalkan puasa dan minum obat.
Sampai Kamis, 4 April 2024, sesak nafas dan rasa sakit itu tidak juga reda. Padahal obat dari dokter RS Resti Mulya sudah habis. Sang istri kemudian membawanya ke RS Islam Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Senin, 8 April 2024, Pak Emnis berinisiatif mengadakan acara Bukber dengan istri, anak, menantu dan cucu di salah satu resto di Bogor. Tapi, pukul 17.00 WIB Pak Emnis kembali mengeluh sesak nafas. Keluhan sakit itu tidak kunjung mereda meski sudah berbuka puasa dan minum obat.
Pukul 20.00 WIB Pak Emnis dibawa ke IGD RS Mayapada Bogor. Setelah dilakukan elektrokardiogram (EKG), diduga ada penyumbatan pada jantung bagian kiri. Dokter menyarankan tindakan pemasangan ring untuk melancarkan peredaran darah pada jantung.
Menurut keterangan dokter yang disampaikan oleh keluarga, selama menjalani pemasangan ring, Pak Emnis selalu beristighfar, bershalawat, dan mengucapkan dua kalimat syahadat hingga proses pemasangan ring selesai dan sukses.
Namun, pada pukul 22.30 WIB, kondisi kesehatan Pak Emnis tiba-tiba menurun dan detak jantung sempat terhenti. Tim medis kemudian memasang alat pacu jantung untuk menormalkan irama jantungnya. Alhamdulillah jantungnya kembali berdenyut dan Pak Emnis sempat siuman.
Tapi pada pukul 23.00 WIB, kondisinya kembali kritis dan detak jantung kembali terhenti. Tim medis kembali memasang alat pacu jantung. Namun Qadarullah tindakan itu tidak berhasil dan pukul 23.18 WIB dokter menyatakan Pak Emnis wafat. Allah lebih menyayanginya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Selasa, 9 April 2024, bakda shalat Dzuhur Almarhum Al-Ustadz Dr KH Muhammad Emnis Anwar, Lc, MA dimakamkan di Pondok Pesantren Tahfidz Anwar Syarif, Sukawening, Dramaga, Bogor.
Kami mengenang tausiyahnya saat Bukber terakhir di Kantor Majalah Gontor itu, “Sebuah kesyukuran kita diberi kesempatan untuk berkhidmat kepada Pondok Gontor. Tidak semua alumni bisa memperoleh kesempatan ini,” ujar pria kelahiran Palembang, 7 September 1957 itu.
Alumnus Universitas Islam Madinah itu bergabung dengan Manajemen Majalah Gontor pada Februari 2009. Ia menggantikan Gus Ridlo (Dr Ir Muhammad Ridlo Zarkasyi, MM) sebagai Pemimpin Umum Majalah Gontor.
“Namun yang luar biasa, bukan alumni (Gontor) tapi berkhidmat kepada Pondok Gontor,” lanjutnya. Memang, sejak Majalah Gontor diterbitkan untuk pertama kalinya pada Mei 2003, sejumlah kru majalah ini bukan alumni Gontor.
Tapi, kata Pak Emnis, semuanya, baik alumni maupun bukan, telah memberikan kontribusi nyata untuk kemajuan Majalah Gontor. Dan demi berkhidmat kepada Pondok Gontor itulah Pak Emnis menghadiri acara Bukber pada Kamis, 28 Maret 2024, meski kondisinya sedang tidak baik-baik saja. []