Syekh Ghulayaini berkata, “Saya tahu! Kebanyakan manusia itu sama, paling suka dipuji, biar sekali pun itu basa-basi. Begitu pun sama, benci dikritik, sekali pun kritiknya itu benar (kritik yang sehat).”
Yang demikian itu tiada lain tak bukan hanya karena hawa nafsu dan kesukaannya pada kebatilan dan kekeliruan. Orang yang terpedaya memang suka pujian, seakan-akan menjadi minuman biasa baginya.
Ia paling benci pada kritik, biar pun dibuktikan betapa kritik itu bisa berakibat baik baginya (opbouwende critiek). Dia tetap berpaling, takabur, marah, dan mengeluarkan umpatan atau perkataan kotor yang menyakiti hati orang lain.
Sebaliknya, bagi orang yang berakal dan bijaksana, ia tak senang dipuji sedikit pun karena orang yang memuji itu sebenarnya hanya memperlihatkan kebaikannya, bahkan seringkali menyembunyikan kejelekannya.
Ia mengerti, biar sekali pun tak dipuji, toh ia tahu sendiri akan kebaikannya, tak perlupengakuan orang lain. Itu tak apa.
Bahkan, ia lebih suka menerima kritik yang sehat. Karena dengan kritik sehat, ia akan tahu mana yang salah, mana yang pincang, mana yang tercela. Akhirnya, ia dapat bersih dari segala apa yang tercela.
Sekiranya tak ada kritik, manusia tetap sesat, tetap berbuat dosa, jauh dari kebenaran, dan terus menerus menurutkan hawa nafsunya.
Kawan kamu itu orang yang berkata benar kepadamu, bukan orang yang membenar-benarkan kamu.
Ingatlah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan bagian dari kritik. Namun, kebanyakan orang menggunakan kritik itu hanya sebagai senjata untuk mencaci maki orang atau golongan lain dengan melontarkan kata-kata kotor. Ia seakan-akan menembakkan peluru ke arah musuh. Perbuatan yang begini ini bukan kritik namanya, tetapi fitnah.
Apa gerangan yang menyebabkan demikian itu? Tak lain karena semata-mata dari kerendahan budi dan kedangkalan pikirannya. Sulitnya lagi! Kritik yang dilakukan terlalu kasar, jangankan memperbaiki, bahkan menebalkan penyakit orang yang dikritik, sekali pun kritikan yang dilontarkan tersebut baik dan membangun.
Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS Fushshilat [41]: 34-35)