وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“ … dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS Adz-Dzariyat: 18)
Interpretasi Para Mufasir
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Mujahid dan lainnya berkata bahwa maknanya adalah mereka melakukan shalat. Ulama lainnya berkata bahwa mereka mendirikan shalat sunnah di malam hari, dan istighfarnya sampai waktu sahur.
Dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an dijelaskan bahwa maknanya yakni pada waktu sahur; menjelang fajar.
Mereka memanjangkan shalatnya sampai waktu sahur, lalu mereka duduk di akhir shalat malam mereka dengan meminta ampunan kepada Allah Ta’ala atas dosa-dosanya.
Meminta ampunan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala di waktu sahur memiliki keutamaan daripada waktu selainnya sebagaimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyifati orang-orang yang beriman dan bertakwa itu dengan melakukan permohonan ampun di waktu sahur (lihat surat Ali Imran: 15-17).
Allah berfirman:
اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۙ ١٥اٰخِذِيْنَ مَآ اٰتٰىهُمْ رَبُّهُمْۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُحْسِنِيْنَۗ ١٦كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ ١٧
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam (surga yang penuh) taman-taman dan mata air (15). (Di surga) mereka dapat mengambil apa saja yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka (16). Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam (17).” (QS Adz-Dzariyat : 15-17)
Di dalam tafsir al-Sa’di, ayat di atas ditafsirkan sebagai gambaran orang bergelar Muhsinin, yang berkaitan dengan ayat sebelumnya. Bahwa ciri orang Muhsinin yaitu mereka memperpanjang shalat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup shalat malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istighfar seorang pendosa untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki waktu lain.
Dalam Kitab At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur disebutkan mengapa mereka mesti beristighfar, padahal shalat malam saja sudah menjadi ibadah yang sangat baik. Ternyata, menutup istighfar menunjukkan bahwa seorang hamba merasa ibadahnya tersebut masih mengandung banyak kekurangan. Dalam kitab ini juga disebutkan, setelah mereka shalat malam, bukannya mereka merasa sombong dan angkuh. Akan tetapi, mereka malah beristighfar. Karena mereka sadar bahwasanya di dalam shalat malam yang mereka kerjakan penuh dengan kekurangan dan belum bisa membalas dengan ungkapan syukur yang seharusnya kepada Allah. Mereka tahu bahwa shalat malam yang mereka kerjakan benar-benar karunia dari Allah.
Di sisi lain, sejatinya seseorang sangat mudah sekali terjangkiti penyakit ‘ujub jika sering melakukan shalat malam. Terutama, jika dia tinggal bersama banyak orang. Ketika dia terbangun di tengah malam, sedangkan semua orang yang berada di sekitarnya masih terlelap tidur. Bisa saja setan membisikkan sesuatu dan menyesatkan seorang hamba kepada kehinaan. Saat itulah dia mudah sekali tertimpa penyakit ‘ujub. Maka dari itu, untuk menghilangkan itu semua, hendaknya dia beristighfar kepada Allah setelah mendirikan shalat malam.
Dalam Tafsir Al-Qurthubiy disebutkan, di antara para ulama menyebutkan bahwa istighfar (memohon ampun) di waktu sahur memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, amalan itu lebih utama daripada membaca Al-Qur’an di waktu tersebut. Ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya. Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang selalu berbuat ihsan, mereka selalu bangun di waktu malam yang panjang untuk menunaikan shalat malam hingga waktu sahur. Kemudian, di waktu sahur ini mereka beristighfar kepada Allah.
Dalam Tafsir Siraj al-Munir dijelaskan esensi yang bisa kita ambil dari pemaparan di atas bahwa di antara ciri orang bertakwa yaitu bangun sebelum Shubuh dan menghabiskannya dengan shalat malam dan istighfar.
Di samping itu, ada keutamaan pada waktu sahur yang merupakan waktu yang mustajab dan istimewa untuk beristighfar. Bukan hanya menandakan takwa, tapi juga momentum spesial. Al-Syarbini dalam tafsir Siraj al-Munir menjelaskan alasan istimewanya istighfar di waktu sahur, selain karena waktu yang mustajab, serta karena di waktu itu ibadah lebih sulit, dan pada waktu itu pula jiwa lebih jernih dan akal lebih khusyuk, terutama bagi ahli tahajud.
Nilai-nilai Pedagogis
QS Adz-Dzariyat: 18 mengandung sejumlah nilai pendidikan (pedagogis). Pertama, mendidik hamba-Nya agar senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah serta beribadah hanya kepada-Nya.
Kedua, mengajarkan hamba-Nya agar senantiasa mendirikan shalat malam dan beristigfar kepada Allah dalam setiap saat khususnya di waktu sahur
Ketiga, menanamkan akhlak mulia yaitu sikap rendah hati dan ikhlas dalam beribadah serta menjauhkan diri dari rasa sombong dan ‘ujub yang dapat merusak ibadah.
Keempat, menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya serta hanya mengharapkan ridha, rahmat dan ampunan-Nya.
Makna Istighfar
Menurut kamus Al-Munawwir, arti istighfar adalah mengampuni, menutupi, memperbaiki, dan mendoakan.
Istighfar berasal dari akar kata غ-ف-ر (gha-fa-ra) yang berarti menutupi sesuatu, biasanya dengan maksud menjaganya agar tetap bersih atau melindunginya agar tidak ternoda.
Sedangkan menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani dalam kitabnya Mufradat li Alfadh Al-Qur’an, istighfar diartikan sebagai permintaan atau permohonan ampun kepada Allah SWT yang diwujudkan dalam ucapan dan perbuatan.
Secara istilah, istighfar berarti memohon ampunan. Pengampunan tidak hanya untuk menghapus dosa, tetapi juga berfungsi sebagai perlindungan dari keburukan dan dosa.
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebunnya.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata: ”Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah! Yang lain lagi berkata kepadanya, ‘Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!’, maka beliau mengatakan kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah! Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!’.”
Bagaimana dahsyatnya istighfar di waktu sahur terutama pada Bulan Ramadhan?
Rasulullah SAW bersabda:
وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا، فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ : فَشَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله، وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا : فَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ، وَتَعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ،
Artinya: “Dan perbanyaklah di bulan itu (untuk melakukan) 4 hal, 2 hal yang pertama membuat Tuhan kalian (Allah SWT) ridha, dan 2 hal yang lainnya merupakan sesuatu yang kalian butuhkan. Dua hal yang membuat Tuhan kalian (Allah SWT) ridha adalah: mengucapkan syahadat (أشهد ألا إله إلا الله ) dan kalian meminta ampunan kepada-Nya dengan membaca (أستغفر الله العظيم ). Adapun dua hal yang kalian butuhkan terhadap keduanya yaitu: kalian meminta kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka.” (HR Ibnu Khuzaimah: 1780)
Keutamaan Waktu Sahur
Nabi SAW bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR Bukhari)
Ada relasi kuat antara waktu sahur dengan istighfar. Hal ini terkait dengan waktu sahur yang memiliki keistimewaan.
Menurut Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Bari bahwa berdoa di waktu sahur itu mustajab. Hal tersebut didasarkan sebuah hadis bahwa waktu sahur adalah waktu ketika Allah turun ke langit dunia dan membuka selebar-lebarnya pintu rahmat dan ampunan. (Lihat HR Bukhari No. 1145 dan Muslim No. 758)
Rasulullah SAW bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepadaKu, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni”.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi pun turut menjelaskan, waktu sahur adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna di waktu tersebut.” (Syarh Shahih Muslim, 6/36)
Lalu berapa banyak istighfar yang harus kita amalkan?
Rasulullah SAW bersabda:
واللهِ إِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وأَتُوبُ إِلَيْهِ في الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allâh, sesungguhya aku benar-benar memohon ampun kepada Allâh dan bertobat kepada–Nya dalam sehari semalam lebih dari 70 kali.” (HR Al-Bukhari, No. 6307)
Rasulullah SAW juga bersabda:
…وَإِنِّيْ لأَسْتغْفِرُ اللهَ فِيْ الْيوْمِ مِئَةَ مرَّةٍ
“ … Dan sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan Allâh dalam sehari semalam sebanyak 100 kali.” (HR Muslim, No. 2701)
Keutamaan Istighfar
Istighfar mempunyai banyak keutamaan. Di antaranya, pertama, Allah memberikan jalan keluar, kelapangan dan rezeki yang halal.
مَنْ أَكْشَرَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَا، وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْشُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Kedua, Allah memberikan hujan sebagai tambahan kekuatan. Allah SWT berfirman:
وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ
“Dan (Hud berkata), ‘Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa’.” (QS Hud Ayat 52)
Ketiga, Allah akan memberikan kenikmatan yang baik. Allah SWT berfirman:
وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ
“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat).” (QS Hud: 3)
Keempat, mendatangkan rahmat Allah. Allah SWT berfirman:
قَالَ يٰقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُوْنَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِۚ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُوْنَ اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Dia (Saleh) berkata, ‘Wahai kaumku! Mengapa kamu meminta disegerakan keburukan sebelum (kamu meminta) kebaikan? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat?’” (QS An-Naml: 46)
Kelima, sebab diampuni segala dosa. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali ‘Imran: 135)
Keenam, dapat terhindar dari azab Allah. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS Al-Anfal: 33)
Ketujuh, sebab terkabulnya doa. Allah SWT berfirman:
۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ
“Dan kepada kaum samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya)’.” (QS Hud: 61)
Apalagi menjelang akhir Ramadhan, biasanya cenderung tergoda oleh hal-hal duniawi. Tetapi Allah menawarkan apresiasi dan bonus yang besar bagi siapa saja yang mendapatkan lailatul qadr. Sehingga jika kita memahami akan keutamaan lailatul qadr, maka pasti kita akan berusaha meraihnya dengan berbagai cara sebagaimana diajarkan oleh Nabi.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan selalu mengencangkan ikat pinggangnya. Ini artinya, kita harus lebih sungguh-sungguh dengan menguatkan niat, dan membulatkan tekad untuk serius dalam beribadah. Nabi juga selalu menghidupkan malamnya banyak iktikaf. Bahkan, menjelang ajalnya tiba, pada tahun 10 hijriyah, beliau selalu beriktikaf mulai dari awal puasa sampai akhir. Di samping itu, beliau juga selalu membangunkan dan mengajak keluarga dan sahabatnya untuk bersama-sama beribadah. Karena, spirit dari Ramadhan ini sesungguhnya spirit kebersamaan.
Dengan demikian, kita perlu berusaha menjemput lailatul qadr ini dengan banyak beriktikaf, berdiam diri di masjid melakukan qiyamullail, tadarus, berdoa, berdzikir, termasuk juga berzakat dan sedekah di malam hari. Mengapa malam? karena ternyata peristiwa-peristiwa penting yang terkait dengan sejarah Islam, umumnya terjadi di malam hari. Ada rahasia luar biasa di dalamnya.
Contohnya seperti peristiwa Hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Itu terjadi di malam hari. Kemudian peristiwa Isra juga terjadi di malam hari. Wahyu pertama turun pun terjadi di malam hari. Rupanya, malam sengaja dipilih oleh Allah SWT ketika manusia sudah beranjak istirahat, supaya manusia keluar dari zona nyamannya.
Teori modern menyebutkan, jika kita ingin meraih sesuatu yang tinggi, maka harus keluar dari zona nyaman. Sementara, keluar dari zona nyaman tidak mungkin bisa terwujud kalau tidak ada dorongan yang kuat. Karena itu, Allah SWT memberikan bonusnya yaitu dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Inilah motivasinya. Tidak ada seorang yang langsung menjadi sarjana, pemimpin atau orang sukses yang tidak keluar dari zona nyamannya.
Kisah Teladan
Salafush shalih begitu berusaha sungguh-sungguh memanfaatkan akhir malam hingga waktu sahur. Abdullah ibnu Umar seusai salam dari shalat malam bertanya, “Hai Nafi’, apakah waktu sahur telah masuk?” Apabila dijawab ya, maka ia mulai berdoa dan memohon ampun hingga waktu Shubuh.
Ibnu Mas’ud RA ketika suatu malam berada di salah satu bagian dalam masjid terdengar mengucapkan doa berikut: “Ya Tuhanku, Engkau telah memerintahkan kepadaku, maka aku taati perintah-Mu; dan inilah waktu sahur, maka berikanlah ampunan bagiku.”
Anas ibnu Malik RA mengatakan bahwa kami (para Sahabat) bila melakukan shalat malam diperintahkan untuk melakukan istighfar di waktu sahur sebanyak tujuh puluh kali.
Wallahu a’lam bish shawab. []