Patah tumbuh, hilang berganti. Belum patah sudah tumbuh, belum hilang sudah berganti. Demikian kira-kira kalimat yang tepat untuk menggambarkan pola kepemimpinan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Bagaimana tidak, kurang dari 24 jam pascawafatnya Pimpinan PMDG, Dr KH Abdullah Syukri Zarkasyi, Badan Wakaf PMDG mengumumkan pimpinan PMDG yang baru pada Jumat (23/10/2020).
Secara resmi, Badan Wakaf PMDG mengangkat Drs KH Muhammad Akrim Mariyat dan Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi menjadi Pimpinan PMDG bersama KH Hasan Abdullah Sahal untuk masa jabatan 1422-1427 H atau 2020 -2025 M. Keduanya menggantikan KH Abdullah Syukri Zarkasyi, yang wafat pada 21 Oktober 2020, dan KH Syamsul Hadi Abdan, yang wafat pada 18 Mei 2020 silam.
Terkait model kepemimpinan yang diterapkan Pondok Modern Darussalam Gontor dan perkembangannya saat ini, Wartawan Majalah Gontor Muhammad Khaerul Muttaqien berkesempatan mewawancarai Drs KH Akrim Mariyat, pimpinan PMDG yang baru dilantik beberapa waktu lalu. Berikut petikan wawancaranya:
Sejak didirikan sampai sekarang Pondok Modern Gontor selalu dipimpin oleh tiga kiai. Apakah ini pimpinan kolektif?
Sejak awal telah dicontohkan oleh Trimurti, pendiri pondok, bahwa kepemimpinan di Gontor itu kolektif. Antara KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasyi, KH Zainuddin Fananie, itu selalu bersatu dalam memimpin. Meski pendapat ada yang berbeda dalam satu kali waktu, tapi KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasyi, dan KH Zainuddin Fananie selalu bisa merangkum dan menyatukan pemikiran. KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasyi yang ada di pondok itu hampir setiap hari kita lihat duduk di rumah KH Imam Zarkasyi berdiskusi membicarakan masalah pondok, membicarakan berbagai hal yang mereka hadapi. Diskusi yang tidak sama pemikiran memang sering, tapi pada akhirnya menjadi satu lagi. Kemudian dilanjutkan setelah itu zamannya KH Abdullah Syukri Zarkasyi, KH Hasan Abdullah Sahal, KH Shoiman Luqmanul Hakim juga begitu. Setelah itu KH Abdullah Syukri Zarkasyi, KH Hasan Abdullah Sahal dengan KH Imam Badri juga begitu, terus bersatu. Kemudian KH Abdullah Syukri Zarkasyi, KH Hasan Abdullah Sahal, KH Syamsul Hadi Abdan juga begitu. Lalu KH Hasan Abdullah Sahal, KH Syamsul Hadi Abdan yang masih sehat pada waktu itu, dan KH Abdullah Syukri Zarkasyi yang sudah sakit, juga tetap seperti itu polanya. Jadi kepemimpinan di pondok ini kepemimpinan kolektif.
Polanya akankah seperti itu selamanya?
Ya. Kita akan terus mempertahankan itu. Apa yang dilakukan oleh satu pimpinan, yang lain harus mengetahui dan harus ada kesepakatan bersama. Di sini juga mempunyai tradisi setiap hari bertemu.
Sampai sekarang ini juga begitu. Malah kita mempunyai acara sampai sekarang ini, ketika KH Abdullah Syukri Zarkasyi dan KH Syamsul Hadi Abdan masih ada kita mengadakan pertemuan setiap hari Selasa untuk Anggota Badan Wakaf Gontor yang ada di Gontor. Itu dilakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah agar bisa lebih efektif dan lebih mantap karena pemikiran orang banyak. Karena tidak mungkin pondok ini one man show. Pola itu (one man show) tampaknya tidak begitu efektif untuk kepemimpinan di Gontor.
Apakah ada pembagian tugas untuk para pimpinan PMDG?
Semuanya sama. Ada yang tanda tangan formal ke luar itu diberikan kepada salah satu di antara pimpinan, sekarang KH Hasan Abdullah Sahal. Tanda tangan seperti ijazah, surat-surat keluar itu secara formal oleh KH Hasan Abdullah Sahal. Tapi urusan-urusan yang kaitannya dengan pembinaan, pendidikan santri, itu tugas pimpinan bersama. Jadi tidak ada pembatasan, yang ada hanya pembatasan tanda tangan saja.
Terkait amanah dan masa kepemimpinan di Pondok Modern Gontor bisa dijelaskan asal usul dan mekanismenya?
Ketika diwakafkan pada tahun 1958 itu kan ada piagam penyerahan wakaf. Di situ yang menyerahkan ada tiga orang: KH Ahmad Sahal, KH Imam Zarkasyi, dan KH Zainuddin Fananie. Di dalam statement-nya pada waktu penyerahan wakaf itu, kepemimpinan tetap ada pada tangan Trimurti. Setelah Badan Wakaf Gontor dibentuk, Badan Wakaf Gontor fungsinya hanya sebagai pembantu Trimurti selama Trimurti masih ada. Tapi setelah Trimurti sudah tidak ada, Badan Wakaf ini menjadi lembaga tertinggi yang menentukan kepemimpinan di Gontor. Lalu kemudian dipilih setiap lima tahun sekali untuk pimpinan Gontor. Meski demikian pimpinan masih bisa dipilih kembali. Jika di pemerintahan dua kali, maka di Gontor masih bisa untuk terus dipilih kembali asalkan masih dibutuhkan pondok, masih mempunyai kemampuan untuk memimpin, masih dikehendaki oleh para santri dan Badan Wakaf, maka itu akan ditetapkan kembali.
Kapan harapan 1000 Gontor bisa terwujud?
Seribu Gontor itu sebenarnya pendapat Syekh Mahmud Shaltut, Syeikh Al-Azhar Mesir waktu berkunjung dulu. Beliaulah yang menghendaki supaya ada 1000 Gontor. Seribu Gontor itu kan tafsirannya bermacam-macam. Apakah 1000 Gontor itu persis seperti Gontor 1 ini semuanya, atau cabang-cabangnya, atau pondok alumni dan lain sebagainya. Tidak ada pembatasan untuk penyebutan 1000 Gontor. Itu harapan saja. Tidak secara harfiah. Disebut 1000 Gontor seperti apa, masih multitafsir. Apakah ke depannya akan dilakukan pengembangan Gontor cabang, saya kira tidak. Kalau dalam bentuk pondok alumni, kira-kira begitu, atau mungkin juga jenisnya, tipenya, seperti Pondok Modern Gontor ini, tetapi ditumbuhkan oleh alumni, alumni dari pondok pesantren alumni, bisa saja termaknai dengan 1000 Gontor, kira-kira begitu. Untuk Pondok Gontor Cabang, sementara ini moratorium. Sejak tahun 2012 masih berhenti sementara. Tapi nanti kalau memang dihajatkan lagi, akan dibuka lagi. Tidak terlalu sulit kok membicarakan itu di kalangan Gontor. In syaa Allah mudah. Dibuka atau tidaknya nanti itu sesuai kebutuhan dan kepentingan.
Bagaimana perkembangan Gontor saat ini?
Dari semua sisi alhamdulillah berkembang. Setelah ada corona ini santri-santri tidak boleh dikunjungi oleh orangtuanya. Tidak ada wali santri masuk ke Gontor, tampaknya kualitas belajar dan mentalitas mereka malah justru semakin meningkat. Santri-santri bisa konsentrasi dengan baik. Karena kita berada dalam lokasi tertentu dengan kondisi tertentu, mereka terbina dengan kondisi seperti itu. Itu tampaknya banyak berpengaruh pada hasil pendidikan mereka. Dari lahan tanah yang dimiliki Pondok Modern Gontor in syaa Allah juga berkembang terus. Tahun 1958 tanah yang diwakafkan sekitar 18 hektare seluruhnya, sedangkan di kampus pusat hanya 1,7 hektare saja. Sekarang alhamdulillah Pondok Modern Gontor sudah mempunyai tanah lebih dari 1.500 hektare. Dari jumlah santri juga begitu. Pada tahun 1936, ketika KMI dibuka hanya 16 santri, sekarang sudah 33.000 santri. Berkembang terus in syaa Allah. Untuk sumber-sumber dana juga begitu. Kita juga menambah sumber- sumber dana. Unit-unit usaha kita benahi, kita teliti, kita evaluasi, kita tingkatkan, kita beri fasilitas untuk berkembang.
Mengapa Gontor bisa maju seperti saat ini?
Karena kebersamaan. Semua bersama -sama. Bersama dalam kepemimpinan. Terbuka, transparan untuk semua, maka kemudian terjadi suatu kepercayaan yang dipertaruhkan kepada pimpinan pondok. Maka kemudian mereka taat dengan kepercayaan itu, karena percaya maka kemudian menjadi taat. Gontor bisa menjadi berkembang karena kebersamaan. Bersatu dalam berbagai macam kegiatan yang dilakukan untuk tujuan pengembangan dan kemajuan pondok. Di dalam piagam penyerahan wakaf Gontor disebutkan, kita bekerja tapi kita beramal. Kalau bekerja kan mesti ada gaji, tapi di Gontor tidak ada gaji, adanya barokah karena beramal. Beramal itu bagi semua yang mengelola pondok ini. Siapa pun yang ada andil pekerjaan di Gontor mempunyai makna ibadah, karena keikhlasan. Keikhlasan itulah yang menentukan apakah pekerjaannya mendapatkan balasan baik atau tidak. Kemungkinan guru yang tidak ikhlas itu tidak sebaik pahalanya dari tukang sapu yang ikhlas. Kira-kira begitu. Karena memang mereka mempunyai porsinya sendiri-sendiri, semuanya sama-sama secara sinergi membangun dan memajukan pondok ini.
Apa tantangan dan masalah yang dihadapi Gontor selama ini?
Semua yang berkembang sudah pasti ada tantangan dan halangan. Seperti PERSEMAR (Peristiwa Sembilan Belas Maret) 1967 itu termasuk tantangan dan halangan. Banyak itu. Tantangan dan halangan setiap saat kita hadapi.
Apa harapan Kiai untuk Gontor di masa yang akan datang?
Kami harapkan untuk masa yang akan datang tetap seperti sekarang yaitu menjaga nilai pondok. Nilai pondok yang sudah tertuang di dalam Panca Jiwa, di dalam motto, di dalam Panca Jangka merupakan nilai-nilai semua. Ungkapan-ungkapan yang dinyatakan oleh Trimurti dulu itu merupakan ide, nilai, yang harus dipertahankan. Yang terpenting nilai-nilai pondok harus dipertahankan. Dengan mempertahankan nilai itu, in syaa Allah semuanya akan bisa dipertahankan. Harapan kami juga supaya semuanya mendoakan kami, mendoakan Gontor untuk bisa terus jaya, terus istiqamah, terus amanah dan lain sebagainya. Alumni Gontor, semuanya, supaya membawa nilai-nilai Gontor di masyarakat. Seperti Panca Jiwa itu supaya tidak hanya diterapkan di Gontor saja, tetapi juga diterapkan di kehidupan masing-masing alumni hingga tersebar filosofi, dan nilai itu di masyarakat. Itu harapan kita semua. Mentalitas juga seperti itu. Mental keikhlasan, mental kesederhanaan, mental aljuhdu wal ijtihad itu kita harapkan diterapkan di kehidupan kesehariannya. Maka dengan demikian mereka membawakan visi misi Gontor, yang sebenarnya tidak lain merupakan visi misi Islam dalam membina masyarakat. []