Bogor, Gontornews – Anak usia dini adalah anak-anak dalam rentang usia 0-6 tahun. Anak dalam rentang usia ini merupakan golden age atau usia keemasan. Karena itu anak-anak usia dini harus menerima pendidikan yang berkualitas. Dan untuk itu diperlukan guru yang berkualitas pula.
Sayangnya saat ini dari sekitar 588.475 jumlah guru PAUD di Indonesia, hanya sebagian kecil yang mengantongi ijazah sarjana (S1). Sebagian besar masih lulusan SLTA atau SMA. Dan bahkan tak sedikit yang hanya lulusan SMP.
“Padahal menurut UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pendidikan guru minimal harus sarjana (S1),” ujar Iwan SPd MM, penilik luar sekolah Kecamatan Cibungbulang, Bogor, dalam seminar Pendidikan Islam Anak Usia Dini bertema “Kebijakan Dinas Pendidikan dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Anak Usia Dini di Kabupaten Bogor” di Kampus INAIS Gunung Menyan, Pamijahan, Bogor, Sabtu (19/8).
Seminar ini diadakan oleh Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor.
Seminar yang diikuti sekitar 300 peserta itu menghadirkan tiga orang pembicara, yaitu: Dr Indrani Dewi Anggraeni (pendidik dan pemerhati anak dari SEAMEO QITEP Language Jakarta), Iwan SPd MM (penilik luar sekolah Kecamatan Cibungbulang), dan Dian Rodiana SPd (ketua HIMPAUDI Kecamatan Cibungbulang). Seminar dipandu oleh Tita Hasanah, M.Si, ketua Program Studi PIAUD FITK INAIS.
Iwan menyebutkan, anak-anak PAUD tidak boleh diajari membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Pendidikan atau cara belajar anak usia dini dilakukan dengan bermain dan bernyanyi. Anak-anak tidak boleh dipaksa membaca, menulis dan berhitung.
Sementara itu Dr Indrani Dewi Anggraeni menyebutkan, tujuan pendidikan dalam Islam adalah hidup bahagia di dunia dan bahagia akhirat. “Pendidikan dalam Islam membebaskan manusia dari berbagai belenggu kehidupan, mengantarkan umat manusia untuk hidup damai dan bahagia, selamat hidup di dunia dan akhirat kelak,” ujarnya.
Menurutnya, guru PAUD haruslah berilmu, sebab dengan ilmu kita bisa mengetahui psikologi anak, misalnya mengapa anak tidak mau menyanyi, harus dicari tahu mengapa sebabnya, dan lain-lain.
“Anak yang ceria pasti dicontohkan oleh orangtua dan gurunya. Guru sebagai pengganti orangtua di sekolah, karena itu meski interaksi anak dengan guru di sekolah cuma 2 jam misalnya, tapi interaksi itu sangat bermakna.”
Materi pendidikan anak dalam Islam, kata Indrani, meliputi keimanan, ibadah,dan akhlak.
Menurut Indrani, anak usia dini merupakan usia emas, usia yang sangat mendasar bagi perkembangannya. Perkembangan anak usia dini sangat luar biasa, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. “Biarkan anak berimajinasi. Kalau anak menggambar gunung berwarna merah, misalnya, biarkan.”
Ia menuturkan, anak usia dini jangan diajarkan hal-hal yang sulit seperti belajar bahasa Inggris, misalnya. “Kasihan otaknya. Ajarkan saja bahasa Sunda atau bahasa Indonesia yang memang sudah menjadi lingkungannya. Anak tidak perlu menulis. Kalau salah ketika menggambar, misalnya, jangan dimarahi. Anak-anak harus belajar sambil bermain.”
INAIS saat ini memiliki tiga Fakultas yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, serta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. [Rusdiono Mukri]