Kuwait City, Gontornews — Juru runding pemerintah Yaman memutuskan meninggalkan perundingan damai di Kuwait setelah pemberontak Houthi menolak usulan PBB yang bertujuan mengakhiri perang di negara mereka.
Menteri Luar Negeri Abdel-Malek al-Mekhlafi mengatakan pada hari Senin (1/8) bahwa pemerintah tidak meninggalkan proses perundingan, tapi menyarankan hanya akan kembali jika Huthi dan sekutu lokalnya tidak keberatan terhadap rencana PBB.
“Kami sudah sepakat untuk inisiatif … kita sekarang meninggalkan Kuwait tapi kami tidak meninggalkan meja perundingan,” kata Mekhlafi saat mengumumkan langkah itu.
“Kami akan kembali setiap saat, bahkan satu jam setelah keberangkatan kami, jika pihak lain setuju untuk menandatangani dokumen yang disajikan Utusan (PBB) ini,” ujarnya seperti dikutip aljazeera.com.
Ismail Ould Cheikh Ahmed, Utusan Khusus PBB, mengusulkan agar Houthi meninggalkan tiga kota utama yang mereka kuasai, termasuk ibukota Sanaa.
Di bawah rencana PBB ini, perundingan baru kemudian akan diselenggarakan dengan pembentukan pemerintah yang akan mencakup Houthi, kata delegasi.
Houthi menolak proposal yang diajukan PBB pada hari Ahad (31/7). Menurut mereka, kesepakatan apapun harus lengkap dan tidak menunda resolusi tentang isu-isu utama.
Mereka mengatakan akan tetap tinggal di Kuwait untuk pembicaraan damai.
Negosiasi yang dimulai pada bulan April telah memperlambat pertempuran di Yaman yang telah menewaskan sedikitnya 6.400 orang dan menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. [Rusdiono Mukri]