Denpasar, Gontornews — Indonesia berpeluang besar menjadi negara eksportir nomor satu di dunia, kata  Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli  dalam  Bali Tuna Conference ke-2 dan International Coastal Tuna Business Forumke-5 di Denpasar, Bali.
Dalam sambutannya, Menko Rizal mengatakann bahwa tuna sebagai komoditi utama Indonesia harus diperhatikan pengelolaannya dari hulu ke hilir untuk menarik pasar internasional. Dia berharap, Indonesia bisa menjadi negara penghasil tuna terbesar dunia yang memperhatikan sustainability, tracebility, dan accountability, sehingga dunia dapat melihat komitmen Indonesia dalam menjaga habitat tuna.
Menko Maritim menjelaskan,  berdasarkan data FAO, sepertiga stok tuna saat ini  telah ditangkap pada kondisi “biologically unsustainableâ€. Sisanya, 66,7%, pun telah ditangkap pada kondisi maksimum (fully fished). Data stok sumberdaya tuna di bagian barat Samudera Hindia juga telah menurun signifikan sebesar 30% selama beberapa tahun terakhir.
‘’Penurunan ini umumnya disebabkan oleh kegiatan IUU Fishing,’’ ungkap Rizal. Dia  menyampaikan bahwa Indonesia sangat berpeluang menjadi eksportir utama komoditas tuna di dunia sebagai salah satu efek positif dari pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUU Fishing) yang gencar diimplementasikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan.
Untuk itu, tambah Menko Maritim, diperlukan sinergi para stakeholders komoditi tuna. Semua pihak menyadari pentingnya tuna baik bagi dunia bisnis maupun sebagai sumber asupan protein hewani bagi masyarakat dunia. Dia juga menggarisbawahi pentingnya penerapan traceability, dimana sertifikat hasil tangkapan ikan menjadi prasyarat dari negara-negara yang menjadi pasar produk perikanan Indonesia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan lainnya. ‘’Saya berharap traceability ini dapat meningkatkan daya jual serta penggunaan komoditas tuna Indonesia di pasar dunia,’’ pungkas Rizal.[Dedi Junaedi]