Pekanbaru, Gontornews – Mendidik anak di era pandemi COVID-19 diperlukan kerjasama yang baik antara orangtua dan guru. Demikian disampaikan oleh Dr Nurhasanah Bakhtiar MAg dalam Webinar nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau (Suska) dan Pengurus Pusat HIMPAUDI, Senin (18/5).
Dalam makalah bertajuk “Sinergitas Orangtua dan Guru dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi COVID-19”, Nurhasanah mengatakan sinergi adalah membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.
Ketua Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) FTK UIN Suska Riau itu menyebutkan tujuh kiat membangun sinergitas. Ketujuh kiat itu yaitu: Pertama, meluruskan mindset. Menurut Nurhasanah, selama ini banyak sekali orangtua yang menganggap ketika anak sudah diserahkan ke sekolah dan uang sekolah sudah dilunasi, maka 100 persen tugas pendidikan beralih kepada guru.
Kedua, adanya kesamaan visi dan orientasi. Mendidik anak diperlukan kesamaan cara pandang di antara orangtua dan anak itu sendiri. Nabi Ibrahim merupakan teladan keluarga yang memiliki kesamaan visi dan orientasi. Beberapa kali dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang berat, tapi bisa diatasi karena adanya kesamaan visi dan orientasi.
Ketiga, menjalin komunikasi dengan efektif di antara anggota keluarga. Antara kedua orangtua dengan anak-anaknya.
Keempat, saling menghargai dan mendukung. Langkah ini diperlukan karena fitrah manusia itu ingin dihargai dan dipuji. “Tidak suka dihina dan dijatuhkan,” paparnya.
Kelima, tenggang rasa dan saling pengertian. “Berbuatlah kepada orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan orang lain,” ujarnya pada Webinar yang dihadiri sekitar 400 peserta dari seluruh Indonesia. Mengutip sebuah Hadis, ia mengatakan, “Tidak beriman salah seorang kamu sampai ia mengasihi saudaranya seperti mengasihi dirinya sendiri.”
Keenam, menjauhi buruk sangka (negative thinking) atau suu zhan. QS al-Hujarat ayat12 menyebutkan yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka itu dosa. Jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”
Ketujuh, jangan memberi janji yang tidak yakin bisa dipenuhi. Menurutnya, orangtua atau guru tidak memberikan janji palsu kepada anak, karena hal itu akan mengakibatkan anak tidak percaya kepada orangtua atau gurunya. “Janji adalah amanah, sementara ingkar janji perbuatan orang-orang munafik.” []