Bandung, Gontornews – Apakah amalan yang paling dicintai Allah SWT? Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala yaitu amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit. ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya (HR Muslim).
Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menyebutkan, berkah itu bertambahnya kebaikan. Jadi kalau ada orang yang beribadah kemudian mampu menunjukkan kebaikan secara terus menerus bisa menjadi tolok ukur keberhasilan atau buah dari ibadahnya. “Buahnya ialah semua kebaikan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh seorang Mukmin, di dunia dan akhirat,” ujar Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd dalam kajian Ahad (15/5) pagi ba’da Shubuh dari Masjid Al-Falaq, Gegerkalong Tengah, Kota Bandung.
Rasulullah SAW memberikan petunjuk agar kaum Mukminin menjaga dan menguatkan keimanannya, dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar imannya makin bertambah dan makin berkembang. Allah SWT berfirman, yang artinya: “Tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS Al-Hujurat: 7).
Dalam “Kajian Surat Fushshilat Ayat 30: Menguliti Makna Istiqamah sebagai Kunci dalam Meraih Manisnya Buah Ibadah”, Prof Sofyan mengatakan, orang yang istiqamah tidak merasa khawatir dan tidak pula bersedih hati. Allah berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.” (QS Al-Ahqaf: 13).
Selain itu, lanjutnya, orang yang beriman dan beristiqamah akan diberi kabar gembira tentang surga, termasuk orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat. “Mereka memperoleh apa pun yang diminta,” ujarnya pada pengajian yang dilaksanakan secara hybrid dengan aplikasi Zoom.
Orang yang istiqamah dalam keimanan, papar Prof Sofyan, akan memperoleh sejumlah keutamaan. Pertama, mendapatkan surga sebagaimana firman-Nya dalam Qur’an Surat Fushshilat ayat 30, yang artinya: “… dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.“
Menurutnya, amalan seseorang walaupun sedikit secara kuantitas, tetapi mampu dilaksanakan dengan istiqamah akan menjadi washilah (perantara) terbukanya pintu hikmah. “Keistiqamahan juga merupakan sikap yang mulia karena memiliki keistimewaan dan lebih baik dari seribu karamah,” papar Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu.
Kedua, para Malaikat akan diturunkan bagi orang yang istiqamah beribadah saat sakaratul maut. Allah berfirman, yang artinya: “… maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih’…” (QS Fushshilat: 30)
Ketiga, Allah akan mengaruniakan rezeki yang banyak sebagaimana firman-Nya, yang artinya: “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (QS Jin: 16).
“Karakteritik orang yang beristiqamah yaitu optimis, ia tidak takut dan tidak pula khawatir dalam menghadapi masa depan, baik yang menyangkut duniawi maupun ukhrawi, karena imannya yang kokoh,” ujar dosen Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor itu.
Lalu bagaimana agar kita bisa tetap istiqamah dalam keimanan? Menurut Prof Sofyan ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama, meluruskan niat. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju (keridaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena (harta atau kemegahan) dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, senantiasa berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Allah berfirman, yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad: 28).
Ketiga, bergaul dengan orang-orang shalih. Allah berfirman, yang artinya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shalih.” (QS Ali-Imran: 114).
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)”. (QS Ali-Imran: 8). []