Jakarta, Gontornews — Selama ini, stigma mengenai santri seringkali dihubungkan dengan dunia keagamaan secara sempit. Namun, pandangan tersebut tergugurkan oleh sosok Ryan Nur Fikri. Meskipun ia merupakan seorang santri, Ryan berhasil menembus seleksi dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya.
Dalam acara bertajuk “Dari Pesantren ke FK: Kisah Perjuangan Calon Dokter Santri” yang disiarkan di Dokter TV pada Jumat, 30 Agustus 2024, Ryan berbagi kisah inspirasionalnya.
Ryan mengungkapkan bahwa ketertarikan awalnya untuk menimba ilmu di pesantren muncul setelah ia membaca novel “Negeri 5 Menara,” yang memberikan kedamaian dan inspirasi dalam hidupnya.
“Saya merasa ada panggilan dalam hati setelah membaca novel itu. Saya pun mencari tahu lebih jauh tentang pesantren. Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi di Pondok Modern Darussalam Gontor,” ujar Ryan dilansir langit7com.
Ryan mengungkapkan bahwa kehidupan di Pondok Gontor sangat terintegrasi dengan masjid dan sosok kiai yang memegang peranan penting. Aktivitas harian para santri terdiri dari mengaji, mengikuti pelajaran di sekolah, melaksanakan shalat, serta belajar pada malam hari dengan bimbingan yang terstruktur.
“Di pondok, kami juga menggunakan bahasa Inggris dan Arab dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga kami terbiasa dengan disiplin yang tinggi dan lingkungan yang religius. Saya menempuh pendidikan selama enam tahun, dengan satu tahun pengabdian wajib setelah lulus,” tambah mahasiswa angkatan 2022 itu.
Setelah menyelesaikan masa pengabdiannya, Ryan berbagi tentang tantangan yang dihadapinya dalam mengejar ketertinggalan untuk persiapan masuk Fakultas Kedokteran. Ia mengungkapkan bahwa selama satu bulan setelah periode pengabdiannya, ia mengikuti program les intensif untuk mempersiapkan diri.
“Selama satu bulan, saya fokus mengejar semua materi hingga alhamdulillah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Namun, saya merasa saat ini sudah banyak jalur masuk untuk santri ke universitas, seperti jalur tahfidz dan lainnya,” ungkap Ryan.
Ryan mengungkapkan saat awal masa studi sempat mengalami culture shock. Ia menceritakan, sempat merasa minder dengan latar belakangnya sebagai santri dan mencoba menyembunyikannya.
“Saya merasa tidak percaya diri, tetapi seiring waktu, teman-teman saya mengetahui latar belakang saya dan justru menghormati saya lebih dari sebelumnya,” ucapnya.
Pada akhir, dia menyampaikan pesan kepada para santri agar tidak minder dan terus berusaha meraih impian. Seorang santri, katanya, dapat menggapai impian yang tinggi dan berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran.
“Pendidikan agama dan karakter yang kuat merupakan fondasi utama. Dengan fondasi tersebut, kalian bisa meraih cita-cita apa pun, baik sebagai dokter, pengusaha, atau profesi lainnya. Yang penting, jangan pernah berhenti berdakwah di ladang apa pun yang kalian pilih,” pungkasnya.[Fathur]