Mataram, Gontornews — Para peneliti dari Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan ada beberapa potensi bahaya bagi pendaki Gunung Rinjani. Potensi bahaya terdiri atas potensi bahaya fisik dan potensi bahaya biologi, serta potensi bahaya aktivitas manusia.
Ketua Tim Peneliti dari Fakultas Kehutanan IPB Prof EK S Harini dalam kegiatan Sosialisasi Manajemen Bahaya di Kawasan Konservasi dan Kawasan Bencana di Mataram, Kamis (1/8) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian, potensi bahaya fisik yang ada di jalur pendakian Sembalun-Senaru, meliputi bahaya jurang, jalur licin/terjal, suhu rendah, kabut, longsor, aktivitas vulkanik, dan kebakaran.
“Sementara potensi bahaya biologi itu meliputi bahaya akar pohon, monyet ekor panjang, tawon, dahan melintang, babi hutan, dan jelateng,” jelasnya, Antara.
Untuk potensi bahaya aktivitas manusia, lanjut Harini antara lain adalah berlari saat pendakian turun, membawa beban berlebihan, berenang/berendam di Danau Segara Anak, dan Aik Kalaq ketika badan lelah.
Selain itu, potensi bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas manusia adalah tidak menggunakan perlengkapan pendakian, memancing di Danau Segara Anak, pencurian atau gangguan sesama pendaki atau dengan masyarakat yang kurang bertanggung jawab.
Untuk itu, menurutnya, sosialisasi tentang potensi bahaya -bahaya tersebut sangat penting. Tujuannya agar ada jaminan bagi pengunjung baik mancanegara maupun lokal. Selain itu juga sebagai upaya menjaga nama baik Lombok sebagai pulau wisata yang indah.
“Pulau Lombok bukan hanya indah, nyaman tetapi juga keselamatan pengunjung sudah diperhatikan,” ucap Harini.
Sebelumnya, Penelitian yang melibatkan empat orang pakar dan tiga orang mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB tersebut telah melakukan penelitian di Gunung Rinjani pada 2017 dan 2018.
Lokasi penelitian dilakukan di Gunung Rinjani lantaran dianggap sebagai salah satu gunung yang populer dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik, selain Gunung Agung, Gunung Bromo, dan Gunung Merapi.
Sementara itu, Kepala Balai TNGR, Sudiyono, sangat mengapresiasi hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari Fakultas Kehutanan IPB. Sebab menurutnya, pihak-pihak terkait menjadi lebih tahu secara detail tentang potensi bahaya saat pendakian.
“Ini menjadi catatan bagi kami, dan menjadi referensi dalam penanganan bencana di Gunung Rinjani,” katanya.
Untuk kedepannya kata Sudiyono, akan ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk menjaga keselamatan pendaki, diantaranya pemasangan rambu-rambu tanda bahaya. Selain itu, sosialisasi bahaya tanaman-tanaman tertentu.[Devi Lusianawati]