Jenewa, Gontornews – Penyelidik Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa memastikan bahwa pengungsi muslim Rohingya di Bangladesh mengalami sejumlah kekerasan dan penyiksaan selama di Myanmar. Para pengungsi khawatir perlakuan serupa akan terus terjadi ketika mereka memutuskan untuk kembali ke Myanmar.
“Mereka merujuk pada ancaman yang dilakukan secara terang-terangan seperti kekerasan, penganiayaan, kehilangan mata pencaharian, serta faktor lingkungan yang membuat mereka memutuskan untuk mengungsi ke Bangladesh,” kata para peneliti yang membuat pernyataan tentang pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Sebelumnya, sebagaimana dilansir Reuters, sejumlah tim pencari fakta independen Myanmar mengakhiri kunjungan selama 5 hari di posko pengungsian minoritas Rohingya Kutupalong di Cox’s Bazar, Bangladesh.
Meski diduga terlibat dalam kekerasan terhadap pengungsi Rohignya, Pemerintah Myanmar enggan menanggapi dugaan tersebut dan tidak memberikan reaksi secara langsung.
Salah seorang penyelidik, Radhika Coomarasmawy mengatakan bahwa sejumlah responden yang merupakan pengungsi Rohingnya mengalamai trauma berat dan tampak sangat cemas ketika diajak berbicara.
“Orang-orang muda yang saya ajak bicara tampak sangat cemas serta menunjukkan tanda-tanda trauma yang mendalam. Saya mengkhawatirkan masa depan mereka seiring tidak adanya mata pencahariaan dan fasilitas pendidikan yang memadai,” kata Radhika.
Terkait hal ini, peneliti berencana untuk menyampaikan temuannya kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 18 September 2018 mendatang. [Mohamad Deny Irawan]