Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kepentingan pertemuan-pertemuan keluarga IKPM, memang dirasa perlu selalu diadakan, pada waku-waktu yang tepat. Hal ini kepentingan utamanya untuk dapat saling berkenalan lebih dekat dan dapat tawassau bil haqqi dan tawassau bis sabri. Maknanya adalah kita selalu saling ingat dan mengingatkan dalam berpegang kepada kebenaran, dan ingat-mengingatkan dalam melaksanakan ketabahan dan kesabaran. Dalam kesempatan ini kami pelu mengingatkan kepada anak-anakku bahwa IKPM itu adalah untuk pondok modern, dan bukan sebaliknya. Barangkali banyak yang ingin tahu, bagaimana dan sampai di mana Pondok Modern dalam segala bentuk dan langkah–langkahnya sekarang.
Untuk itu, barangkali anak-anakku dapat membaca keterangan-ke[1]terangan yang termaktub dalam Warta Dunia (Wardun) Pondok Modern Darussalam Gontor atau jurnal tahunan Gontor dan yang termaktub dalam penerbitan berkala, yaitu Buletin IKPM.
Selanjutnya kami ingin mengulangi pengertian beberapa motto Pondok Modern secara singkat: 1. Berbudi tinggi: Ini untuk semua tingkat, dari yang dianggap serendah-rendahnya, atau sebodohnya, atau semelarat-melaratnya, sampai kepada yang setinggi-tingginya. Semua harus berpegang pada yang satu ini. 2. Berbadan sehat: Dalam hal ini kami ingin kalau anak-anakku dapat menjaga dan memelihara kesehatan badannya agar dapat melaksanakan tugas hidup dan dapat beribadah sebaik-baiknya. 3. Berpengetahuan luas: Pengetahuan itu luas tidak terbatas,tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi atau berbudi luhur, sehingga tahu untuk apa dia belajar, dan tahu prinsip untuk apa ia menambah ilmu. 4. Berpikiran bebas. Ini harus sesudah berbudi tinggi atau berbudi luhur, dan sudah berpengetahuan luas. Inipun tidak berarti kebebasan sampai menghilangkan prinsip, teristimewa prinsip sebagai muslim-mukmin.
Dalam kehidupan ini, anak-anakku tentu akan mencari kebahagiaan. Oleh karena itu, anak-anakku harus tahu dan mengerti bahwa kebahagiaan di dunia ini ada dua: kebahagiaan lahir dan kebahagiaan batin. Untuk mencapai kebahagiaan lahir memerlukan harta benda. Wujudnya kebahagiaan lahir mudah dimengerti, tetapi kebahagiaan batin masih perlu dijelaskan. Kekayaaan harta benda tidak mutlak dapat menjamin kebahagiaan yang sebenarnya.
Orang yang tidak merasa aman atau tidak merasa tenteram, umpamanya selalu terancam atau dikejar-kejar musuh yang tampak dan yang tidak tampak, juga yang tidak putus dirundung malang, berupa penyakit fisik atau penyakit rohani, dan seterusnya, tidak akan merasakan bahagia meskipun lahiriahnya serba berkecukupan. Maka kita, kami dan anak-anakku sekalian ini harus mengerti akan adanya kebahagiaan batin.
Di Amerika dan Eropa, dan juga di mana-mana, banyak orang yang sudah mempunyai kekayaan lahiriah yang sangat banyak, tetapi akhirnya tidak merasa bahagia, bosan hidup, akhirnya bunuh diri atau ingin mencoba menjadi fakir miskin, sebab hatinya kosong. Ki Hajar Dewantara membikin tamsil sebagai berikut: “Lebih baik menjual dawet dengan memikulnya sendiri sambil bernyanyi-nyanyi kecil (rengeng-rengeng), daripada naik sedan “bel air” mengkilat, tetapi matanya selalu basah menangis (brebes mili)”.
Sebaliknya, seorang yang berbudi apabila menerima budi orang lain, akan gelisah sebelum membayar hutang budinya. Apabila dia sudah membayar hutang budinya, baik dengan tenaga atau dengan pikiran atau dengan harta atau dengan jasa apa pun, dia akan merasa puas dan bahagia. Meskipun tampaknya dia berpayah-payah atau mengeluarkan hartanya banyak atau sedikit, sama sekali tidak menyesal, bahkan bersyukur, karena ia telah dapat membayar hutang budinya.
Seseorang sesudah mengeluarkan sebagian hartanya untuk menolong orang lain, ia tidak akan merasa rugi atau merasa hartanya berkurang, bahkan ia merasa bahagia karena dapat menolong orang lain. Timbul perasaan bahagianya karena ia termasuk orang yang bisa menolong, bukan orang yang terpaksa minta tolong. Apabila seseorang menerima pertolongan orang lain tentu bersyukur dan gembira. Tetapi ketahuilah bahwa yang memberi pertolongan itu lebih besar rasa bahagianya. []