Subang, Gontornews — Sebagai pondok berbasis wakaf, Pondok Modern Darul Falah Cimenteng, Subang, Jawa Barat menaruh perhatian besar terhadap kaderisasi. Seperti halnya Pondok Modern Darussalam Gontor, keberlangsungan estafet kepemimpinan di Gontor tidak didasarkan pada nasab/keturunan, tapi berdasarkan sistem kaderisasi.
Pembina Yayasan Pondok Modern Darul Falah, Cimenteng, Subang, Ustadz H Agus Maulana menyebutkan, seorang kader pondok adalah siapa pun yang menyerahkan dirinya, jiwa raganya, untuk berkhidmat dan berjuang di pondok sampai mati. Ia bisa berasal dari keturunan pendiri/kiai, atau bisa juga bukan dari keturunan keluarga pendiri/kiai. “Patokannya adanya suatu perjanjian lahir batin bahwa yang bersangkutan mengikrarkan diri sebagai kader pondok, siap berjuang dan mendedikasikan seluruh waktu dan hidupnya untuk perjuangan pondok,” papar alumni Pondok Modern Darussalam Gontor itu.
Menurutnya, tidak mudah untuk menjadi kader. Selain perlu kesiapan mental, lahir dan batin, juga harus mendapat persetujuan dari orangtua, yang menyatakan untuk menyerahkan anaknya demi kepentingan perjuangan pondok. Siap taat dan patuh kepada sunnah pondok, kepada aturan dan arahan dari pimpinan pondok, dan menjadikan pondok sebagai prioritas dari segala kepentingan yang muncul ke depan. Siap diatur dan diarahkan. Bahkan termasuk persoalan jodoh dan rumah tangga, harus mengikuti arahan dan aturan pondok.
Saat ini pondok yang dipimpin oleh Kiai Komar itu memiliki 25 orang kader pondok, yang mayoritas berasal dari anak-anak kampung sekitar pondok. Untuk meningkatkan skill, kompetensi dan kapasitas para kader, mereka dikirim ke berbagai lembaga pendidikan. Ada yang masih menempuh jenjang KMI di Pondok Modern Gontor Putra dan Putri, ada di Pondok Tahfidz, ada yang di pondok alumni Gontor, mengajar di pondok sambil kuliah di Subang, dan ada yang sedang belajar di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
“Ke depan para kader ini akan terus bertambah. Karena kebutuhan SDM untuk keberlangsungan pondok juga semakin besar. Demikian juga dengan berbagai disiplin ilmu yang harus mereka kuasai, tidak hanya yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, tapi juga terkait dengan kebutuhan kader yang memiliki skill dan keahlian di bidang arsitektur, pertanian dan perkebunan, management bisnis, kesehatan dan lainnya,” ujar Ust Agus. []