Bogor, Gontornews — Semangat dalam Ukhuwah Islamiyah menjadi hal penting dalam membina kesatuan dan persatuan umat. Inilah mengapa IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern) cabang Bogor bersama dengan para alumni Gontor, kiai, pimpinan pondok pesantren alumni Gontor dan wali santri Gontor berkumpul bersama dalam acara TASREH.
TASREH IKPM cabang Bogor kali ini tampak spesial dengan hadirnya Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) KH Hasan Abdullah Sahal. Kehadiran Kiai Hasan didampingi oleh Ibu Nyai, Hj. Siti Abidah Mufarichah.
Acara diselenggarakan dengan khidmat di Gedung PPIB Bogor pada hari Ahad (12/5/2024) pukul 09.00 – 12.00 WIB. Acara dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Al Ustadz Ahmad Ilyasa.
Tidak lupa Hymne “Oh Pondokku” dilantunkan setelah lagu “Indonesia Raya” untuk menambah kesakralan acara. Tak sedikit hadirin yang menitikkan air mata tatkala Hymne “Oh Pondokku” dinyanyikan bersama.
Mengusung tema ‘Jatidiri Santri Ditungtun Ku Santun, Dipiara Ku Rasa, Diasah Ku Kanyaah’, Al-Mukarrom KH Mukhlis Fathullah selaku Penasihat IKPM Gontor cabang Bogor memimpin doa bersama demi kelancaran acara dan kesuksesan seluruh Keluarga Pondok Modern.
Sedangkan Ketua IKPM Bogor Ust Asep Rogia memberikan sambutan selamat datang sekaligus mengungkapkan rasa syukur atas terlaksananya TASREH dengan baik. “IKPM Bogor memiliki berbagai kegiatan dan program kerja, seperti pembangunan kantor sekretariat IKPM Bogor, Wakaf Produktif, dsb,” ujarnya.
Ketua Umum IKPM Pusat Ust Noor Syahid menanggapi dan menerima laporan kegiatan-kegiatan IKPM yang disampaikan oleh Ust Asep Rogia.
Selanjutnya, pemaparan dari Al Ustadz KH Ahmad Sanusi Azhari selaku Dewan Penasihat IKPM Bogor, juga alumni Gontor pertama dari Bogor serta pernah satu kamar dan satu kelas dengan ayahanda KH Hasan Abdullah Sahal. Kiai Ahmad Sanusi Azhari bernostalgia sekaligus tahadduts binni’mah terkait perkembangan pondok dulu dan sekarang.
Sementara itu Kiai Hasan Abdullah Sahal dalam pesan dan nasihatnya mengingatkan para alumni untuk selalu menjadi pemenang. Bukan hanya pemenang dengan pemilih terbanyak atau harta yang banyak, namun menjadi pemenang dalam mempertahankan Jatidiri, Identitas dan Nurani.
“Jangan sampai kita menjadi seperti himar (keledai) sebagaimana Al-Qur’an menggambarkan kaum Yahudi yang mengetahui tapi tidak menjalankan Taurat. Inilah yang menjadi tantangan zaman saat ini, ketika kesesatan dapat terjadi tanpa memandang profesi,” papar Kiai Hasan.
Terakhir, Kiai Hasan mengingatkan kembali slogan Gontori المحافظة علي القيم والتغيير إلي الكمال. “Menjaga nilai-nilai dan terus memperbaiki untuk kesempurnaan.” []