Bogor, Gontornews – Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter bangsanya. Termasuk karakter islami. Sayangnya, meskipun mayoritas penduduk Indonesia Islam, namun dalam hal karakter islami, Indonesia menempati peringkat ke-140 dari 147 negara. Demikian dikatakan Hani Maria dari Indonesia Heritage Foundation (IHF) dalam seminar pendidikan “Membangun Bangsa Tangguh Menghadapi Tantangan Zaman†di Kampus INAIS, Gunung Menyan, Pamijahan, Bogor, Sabtu (30/4).
“Jadi masih banyak ladang amal untuk kita,†sindir Hani.
Di sisi lain, peringkat sains dan matematika para pelajar Indonesia ada di posisi ke-64 dari 65 negara. Mengapa? Karena guru kita banyak memberi hafalan kepada para siswanya. Sementara tingkat kreativitas siswa Indonesia ada di peringkat 81 dari 82 negara.
Sementara itu Ketua Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Sahid (INAIS), Tita Hasanah SThI MSi mengatakan, pembangunan karakter bangsa seharusnya menjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harus selalu dipikirkan keterkaitan dan dampaknya terhadap pengembangan karakter.
Seminar ini diselenggarakan oleh PGRA INAIS bekerjasama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF). Sekitar 150 peserta menghadiri seminar ini. Mereka adalah para guru RA/TK, mahasiswa pogram studi PGRA, guru, dosen, mahasiswa prodi lain, dan masyarakat umum sekitar Kampus INAIS.
Lebih jauh Tita mengatakan, pembangunan nasional memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks.
Tita menyebutkan, tantangan dan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini makin kompleks dan beragam. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosial ekonomi dan politik yang masih besar. Juga terlihat dari kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, serta kasus-kasus korupsi yang merambah semua sektor kehidupan.
“Seminar ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan karakter bangsa yang tangguh, yang diharapkan dapat membuka wawasan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,†papar Tita pada seminar yang dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan INAIS, Dr H Saefulloh MPd.
Ketua Yayasan Wakaf Sahid Husnul Khatimah, Joko Trimulyo SH MPd, mengatakan saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai mengubah paradigma pendidikan. Kini, mutu atau kualitas pendidikan menjadi pilihan utama masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak-anaknya. “Harga atau berapa biaya pendidikan yang diperlukan tidak menjadi masalah,†paparnya. [Rusdiono Mukri]