Bagdad, Gontornews — Pendukung Syiah Muqtada al-Sadr menarik diri dari Zona Hijau Bagdad setelah mendudukinya selama dua hari berturut-turut. Ihlas al-Ubeydi, salah seorang pendukung al-Sadr, mengumumkan penarikan bersyarat mereka.
“Sebuah pemerintahan teknokrat harus dibentuk dalam sidang parlemen tunggal. Jika tidak, perdana menteri, presiden dan ketua parlemen harus diganti dan kemudian menyelenggarakan pemilu,” al-Ubeydi mengingatkan seperti dikutip Arab News, Selasa (3/5).
Dia juga mengatakan, jika tuntutan mereka tidak terpenuhi maka, “Kami akan menyerbu ke kantor perdana menteri, parlemen dan presiden, dan akan melakukan tindakan pembangkangan sipil atau pemogokan umum.”
Dua hari berturut-turut, ribuan pendukung Sadr telah mengadakan aksi di Zona Hijau setelah menyerbu parlemen sehari sebelumnya. Militer Irak telah menanggapi eskalasi itu dengan menyatakan keadaan siaga tinggi di ibukota.
Zona Hijau merupakan tempat tinggal para pejabat pemerintah, termasuk anggota parlemen dan diplomatik asing.
Dalam sebuah pernyataan, Wakil Presiden Irak Osama al-Nujaifi, kepala partai politik Sunni Al-Muttahidoon (yang memegang 25 kursi di Parlemen Irak yang beranggotakan 328 orang), menyalahkan Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi terhadap eskalasi terbaru dari pendukung  al-Sadr di Bagdad.
Para demonstran ingin melaksanakan reformasi yang dijanjikan pemerintah dan mengatasi keluhan masyarakat, itulah alasan utama para demonstran melakukan aksi.
Dia juga mendesak al-Abadi untuk mereshuffle kabinet dan mendorong kemitraan dengan maksud untuk memerangi terorisme dan korupsi.
Sementara itu, Aliansi Nasional Irak, koalisi Sunni terbesar di Irak, mengutuk protes itu. Menurutnya, protes itu bertentangan dengan konstitusi negara dan undang-undang.
Dalam pernyataan tertulis, koalisi mengatakan pendukung al-Sadr yang menyerbu gedung parlemen dan menyerang anggota parlemen harus diadili.
Irak termasuk negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia. Dalam “Indeks Persepsi Korupsi yang dikeluarkan oleh Transparency International, Irak menempati peringkat 161 dari 168 negara. [Fathurroji/Rusdiono Mukri]