Zaman sekarang, hampir seluruh orang memiliki gadget. Bahkan data dari lembaga riset digital We Are Social, jumlah pengguna mobile phone (ponsel pintar dan tablet) di Indonesia mencapai 355,5 juta.
“Artinya peredaran ponsel pintar dan tablet lebih banyak dari jumlah penduduk di seluruh Indonesia yang mencapai 268,2 juta jiwa,” papar Fahira Idris, ketua Komite III DPD RI kepada Majalah Gontor. Itu artinya, lanjut anggota Tim Pansus Tatib DPD RI, satu orang bisa memiliki dua atau lebih gawai (gadget).
Mudahnya interaksi kita bahkan anak-anak dengan gadget, menjadi hal menarik yang penting disoroti. Terutama bagaimana peran orangtua dalam membentengi keluarga dari efek buruk pengaruh gadget.
Untuk menguak seputar fenomena di atas, reporter Majalah Gontor, Edithya Miranti, berkesempatan mewawancarai Fahira Idris, ketua Gerakan Perlindungan Perempuan dan Anak (GPPA). Berikut petikannya:
Bagaimana pendapat Anda tentang perubahan fenomena gaya hidup masyarakat karena gadget?
Fenomena gadget atau gawai atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti piranti elektronik adalah sebuah keniscayaan di era digitalisasi saat ini. Kehadiran gadget dalam kehidupan sehari-hari terutama smartphone atau tablet adalah dua sisi mata pisau, karena banyak mempunyai dampak positif tetapi dampak negatifnya juga tidak kalah banyak. Namun yang menjadi persoalan dampak negatif gadget terutama bagi anak-anak kita terlalu mendominasi.
Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan penetrasi gadget dan internet paling cepat. Data dari lembaga riset digital We Are Social, jumlah pengguna mobile phone (ponsel pintar dan tablet) mencapai 355,5 juta. Artinya peredaran ponsel pintar dan tablet lebih banyak dari jumlah penduduk di seluruh Indonesia yang mencapai 268,2 juta jiwa. Hal ini bisa terjadi jika satu orang memiliki dua atau lebih gawai (gadget).
Selain itu, pengguna internet di Indonesia tercatat ada 150 juta pengguna aktif. Ini berarti 56 persen dari total jumlah penduduk Indonesia sudah menggunakan internet. Demikian pula dengan media sosial, rata-rata 50 persen lebih penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial. Dan ini semua tentunya menjadi tantangan bagi kita terutama orangtua, agar mampu memastikan fenomena gadget ini memberi dampak positif, bukan negatif.
Boleh dijelaskan, apa saja aspek negatif gadget bagi penggunanya?
Jika bicara aspek atau dampak negatif terkait gadget sangat banyak terutama terhadap anak-anak dan remaja. Hampir semua aspek perlu diwaspadai.
Jika kita tidak bijak mengawasi penggunaan gadget mulai dari aspek kesehatan, tumbuh kembang anak, kemampuan berbicara dan penguasaan bahasa, emosi dan personal sosial, kognitif dan kemampuan belajar, sampai pada dampak pola tidur anak, akan berbahaya bagi pertumbuhan anak.
Mengapa penggunaan gadget yang salah dapat sangat berbahaya bagi pertumbuhan anak?
Ketidakberdayaan orangtua mengontrol anak-anaknya menggunakan gadget dipastikan akan memberi dampak buruk di semua sisi, baik fisik maupun mental anak.
Penggunaan gadget atau media digital tanpa pengawasan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan anak karena kurangnya aktivitas fisik, peningkatan asupan kalori dari camilan saat nonton, serta berkurangnya waktu tidur, dan adanya pengaruh tayangan iklan.
Bagaimanakah sebaiknya cara penggunaan gadget yang tepat bagi anak?
Memang harus kita akui, peningkatan perbendaharaan kata ditemukan pada anak yang terpapar dengan tayangan yang edukatif. Namun bahayanya jika anak-anak terpapar program dewasa dan kartun, maka performa akedemik anak bisa menurun.
Oleh karena itu, penggunaan media digital harus dilakukan dengan interaksi secara verbal dengan para orangtua atau pengasuh, sehingga memiliki dampak positif terhadap kemampuan verbal seorang anak.
Tadi disebutkan bahwa gadget bisa berdampak buruk pada kualitas dan kuantitas tidur penggunanya, apa alasannya?
Dampak negatif lainnya yang juga harus diwaspadai adalah gangguan tidur. Penggunaan gadget yang meningkat di kalangan masyarakat termasuk anak dan remaja, mempengaruhi durasi dan kualitas tidur anak.
Salah satu studi menemukan hubungan kuat antara penggunaan gadget pada waktu tidur terhadap kuantitas dan kualitas tidur yang buruk, dan rasa kantuk yang memberat pada siang hari.
Kita harus ingat bahwa tidur adalah perkembangan bio-psiko-sosial yang vital bagi anak. Penurunan kualitas dan kuantitas tidur pada seorang anak merupakan suatu perhatian kesehatan masyarakat yang menimbulkan runtutan gangguan kesehatan.
Selain bahaya kesehatan di atas, adakah risiko lain akibat kurangnya kewaspadaan orangtua saat anak bermain smartphone?
Hal yang sangat berisiko dan harus diwaspadai orang tua adalah anak-anak remaja yang aktif menggunakan mobile internet, beresiko terhadap perkenalan dengan orang asing, pornografi, bahkan menjadi korban perdagangan anak.
Kasusnya sudah sangat banyak. Hampir tiap hari media memberitakan kasus kekerasan terhadap anak yang dipicu salah satunya berawal dari internet.
Lalu, adakah data lengkap atas kasus kejahatan online khususnya pada anak?
Data dari KPAI 2018 misalnya, anak yang menjadi korban kejahatan seksual online 116 kasus, anak pelaku kejahatan seksual online 96, anak korban pornografi dan media sosial 134, anak pelaku kepemilikan media pornografi 112, anak korban bully di medsos 109, dan anak pelaku bully di medsos 112.
Apa pesan Anda untuk para orangtua agar selamat dari dampak buruk gadget?
Saat ini, di tengah derasnya penetrasi gadget, orangtua wajib menghadirkan pola asuh terbaik bagi anaknya terkait penggunaan gadget. Ini tentunya untuk mencegah anak dari dampak buruk yang diakibatkan oleh canggihnya kemajuan teknologi informasi.
Apa saja tips dan trik untuk keluarga agar terhindar dari pengaruh buruk gadget?
Pertama, melarang anak menggunakan gawai sama dengan melarang anak hidup pada eranya. Oleh karena itu kita harus cerdas saat anak kita memegang gadget harus memberi dampak positif bagi tumbuh kembangnya.
Kedua, kuncinya adalah bagaimana orangtua memahami apa itu gawai. Apa aspek positif dan negatifnya, membuat aturan yang tepat, dan memberikan pendidikan literasi digital kepada anak. Dengan begitu, anak akan memahami kapan dan bagaimana menggunakan smartphone dengan bijak.
Ketiga, orangtua juga harus bijak kapan atau pada usia berapa sebaiknya anak dikenalkan dengan gadget. Banyak penelitian yang menyarankan agar orangtua menunda pengenalan gadget hingga anak berusia minimal empat tahun. Pengenalan gadget juga harus dengan aplikasi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan mereka.
Keempat, pentingnya memberi pemahaman sedini mungkin kepada anak terkait gadget. Kita bisa mengenalkan gadget dan internet kepada anak-anak dari hal positif terlebih dahulu. Kita jelaskan bahwa dengan internet kita bisa melihat gambar-gambar hewan, tumbuhan, maupun informasi yang dibutuhkan oleh mereka, seperti ilmu pengetahuan tentang geografi, fisika, matematika dan seterusnya.
Selain dampak positif, secara berkala kita juga harus mulai jelaskan pengaruh negatif gadget dan internet kepada anak, terutama yang berusia remaja. Tujuannya agar mereka paham bahwa tidak memberikan informasi seperti password, alamat rumah, usia dan nomor telepon di internet. Pastikan juga mereka tidak memposting sesuatu yang menginformasikan lokasi mereka berada atau gambar-gambar kondisi di mana ia berada ke media sosial.
Kelima, tips paling penting adalah membatasi waktu bermain gadget. Tujuannya agar mereka tidak keseringan dan ketergantungan terhadap gadget. Salah satu strateginya mendorong anak melakukan banyak aktivitas fisik di luar rumah. Sebagai siasat agar mereka tidak ketergantungan dengan gadget. []