Gempa dan tsunami itu sangat dahsyat. Lebih dahsyat dari apa yang kita bayangkan. Rumah berjalan, Tanah terbelah!
Sering saya rasakan gempa, tapi kali ini berbeda. Akibat gempa beberapa ruas tanah Kel. Petobo, Kec. Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, bergeser ratusan meter, beberapa rumah daerah perumnas tenggelam dalam tanah sekitar 5 meter, dan ada gundukan besar setinggi rumah terjadi begitu saja. Banyak BTN Petobo hancur, berpindah posisi dan tenggelam ke dalam tanah.
Mohon maaf saya menulis, bukan berkeluh kesah, tapi jiwa menulis saya memaksa untuk itu. Setidaknya jika terjadi gempa susulan dan waktu saya telah tiba, biarlah ini jadi update terakhir dari saya.
Saya sulit percaya, ilmu alam saya tak sampai di tingkat ini. Ini fenomena alam langka bagi saya. Hujan sangat deras, malam tadi (30/9) saat gempa susulan, tanah di Kelurahan Petobo terbelah, beberapa rumah tenggelam dan berjalan terguling seperti terseret banjir sejauh puluhan meter. Beberapa rumah berpindah posisi.
Saya yakin setelah ini BPN kesulitan mematok tanah sesuai sertifikat.
Ada gadis remaja sedang mengendarai motor di daerah petobo, tiba-tiba tanah terbelah, ia teggelam dalam tanah tertimbun sampai bagian leher, beruntung warga segera menolong.
Tanah terbelah dan ambruk lumayan lebar, sekitar 10 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter. Setelah gempa susulan lagi, tertimbun lagi menjadi rata.
Rumah paman saya di sekitar Islamic Center Kel. Petobo hilang tak berbekas. Paman saya masih melihat rumahnya berjalan sendiri. Yang mengherankan, tiba-tiba paman saya sudah berada di dekat Terminal Petobo yang jaraknya hampir 1 kilometer. Padahal dia hanya tiarap.
Saya sering baca artikel tentang gempa, namun keanehan ini di luar batas pikiran saya. Kira-kira Anda tiarap berlindung di halaman rumah, rumah berjalan, tiba-tiba kita sudah berada di tempat lain. Tapi itulah adanya.
Malam ini di RS. Bhayangkara, lebih 700 mayat sudah dikumpulkan, masih ada ratusan lagi tertimbun reruntuhan dan lumpur. Kehilangan kerabat ternyata menyakitkan.
Banyak kawan saya meninggal dunia, lainnya masih belum ditemukan termasuk ponakan saya.
Hujan malam ini cukup deras disertai angin kencang. Semoga hari ini belum kiamat, bukan hari akhir bagi kami.
Jika ini adalah takdir akhir bagi kami, izinkan saya memohon maaf sebesar-besarnya, atas segala canda atau apa saja yang tidak berkenan di hati seluruh keluarga, sahabat, rekan bisnis dan teman-teman.
Wassalam.
(Heri Mulyadi seperti dituturkan Imran Fahrudin, salah satu warga korban gempa dan sunami Palu Donggala)