Ponorogo, Gontornews–Pengasuh Pondok Pesantren al-Hikam Malang dan Depok KH Hasyim Muzadi meminta agar pelaku LGBT digempur dari segala penjuru arah karena tidak sesuai dengan hukum dan aturan di Indonesia. Selain bertentangan hukum, LGBT juga menjadi embrio laki-laki kawin dengan laki-laki, perempuan kawin dengan perempuan.
βKalau saya ditanya, digempur saja dari segala penjuru,β tuturnya dalam tausiyah Reuni Akbar Alumni Gontor dalam acara kesyukuran 90 Tahun Gontor di Kompleks Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur pada Sabtu, (3/9)
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini menegaskan, sikap tegas ini dibutuhkan agar tidak menimbulkan dampak opini yang lebih buruk di masyarakat.
Seperti kasus ada orang mengaku malaikat jibril namanya Lia Eden. Lalu ada pria yang mengaku rasul namanya Musadeq. Karena menyebarkan aliran sesat yang bertentangan dengan hukum dan peraturan di Indonesia, keduanya harus diberi tindakan tegas.
βIa harus ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara,β tuturnya.
Untuk membuktikan kesesatannya, Kiai Hasyim menjelaskan dengan anekdot yang lucu. Seorang polisi bisa menggunakan cara yang berbeda dari biasanya yaitu mengajukan dua pertanyaan kepada keduanya.
βWahai malaikat jibril pernahkah engkau bertemu nabi muhammad ini ?(menunjuk musaddiq). Pertanyaan serupa juga diajukan Musaddiq apakah pernah ketemu jibril ini ?(menunjuk Lia Ede),β paparnya.
Pertanyaan ini akan membuktikan bahwa orang yang mengaku jibril dan Muhammad ini telah menistakan ajaran Islam dan membawa ajaran sesat. Menurut Kiai hasyim, kalau sudah menyangkut akidah seperti itu, aparat hukum harus tegas tidak perlu ragu menangkapnya.
βSaya juga menyampaikan kepada al mukarrom Bapak Menteri Agama sudah jangan ragu katakan itu bukan Islam,β paparnya. Yang lain juga harus ikut mendorong karena yang menghadang juga banyak, tambahnya.
Prinsip penegakan hukum menurut Kiai Hasyim harus sama rata sama rasa. Jangan sampai hukum naik susah tapi kebawah gampang dan yang menjadi korban rakyat kecil. Sebab inti dari hukum adalah al-adalah (keadilan) dan inti dari politik adalah al-amanah (amanah).
βKalau dua hal ini hilang maka hukum akan menjadi cerita dan politik hanya menjadi akumulasi kekuatan saja,β tuturnya. [Ahmad Muhajir/DJ]