Brebes, Gontornews— Ustadz Razif Abdullah menuturkan, peringatan 90 tahun Gontor menjadi moment penting untuk menghidupkan semangat perjuangan para pendiri Gontor di dunia pendidikan dan dakwah. Sejarah Gontor yang berdiri pada saat sulit, zaman PKI dan sebagainya, mampu melahirkan alumni yang berkiprah untuk bangsa.
“Maka dalam 90 tahun Gontor ini, moto dan motivasi perjuangan pendiri Gontor tetap harus menjadi pijakan perjuangan jiwa raga,†ungkap alumni Gontor tahun 1989 ini.
Diantara moto itu, ujar Kiai Razif, bondo, bahu, pikir lek pelu sak nyawane pisan (harta, tenaga, pikiran kalau perlu nyawa sekaligus). Dalam moto tersebut, Kiai Gontor mengajarkan berjihad dengan apa saja yang kita miliki baik ilmu, harta bahkan nyawa. “Jiwa raga kita serahkan untuk perjuangan ini,†ungkapnya.
Kepada Gontornews.com melalui sambungan telepon, Jum’at sore (20/5), Kiai Razif, demikian panggilannya, menjelaskan bahwa perjuangan umat Islam adalah menegakkan kalimat Allah dimuka bumi, melawan kebatilan dengan gerakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Berdakwah harus dilakukan secara aktif dan inovatif, dengan didukung kesungguhan para dai, manajemen dan sinergi dengan sesama.
“Dakwah adalah perjuangan yang hitunganya bukan setahun, dua tahun tapi dari generasi ke generasi. Gontor dari awal penuh dengan kesulitan sekarang sudah memiliki universitas dan inilah perjuangan yang panjang,†paparnya.
Untuk mewujudkan keteladanan itu, pada tahun 1994 alumnus Gontor tahun 1989 ini mendirikan Pesantren Khoiru Ummah di Bentar, Salem, Brebes, Jawa Tengah. Pesantren Khoiru Ummah awalnya adalah sebuah mushala berukuran 5x 5 dan rumah empat kamar, warisan keluarga yang diwakafkan dengan tanah sekitar 2.800 m2.
“Berangkat dari tempat yang cukup sederhana, lahan pesantren ini bertambah dua kali lipat,†tutur pria yang senang berolahraga badminton ini.
Pembukaan pertama hanya ada 6 santri yang terdiri dari 4 santri putra dan 2 santiwati yang berasal dari luar kabupaten. Seiring berjalannya waktu, kehadiran pesantren Khoiru Ummah semakin dirasakan masyarakat yang haus pendidikan agama. Khoiru Ummah menawarkan pendidikan sistem KMI dengan penambahan program tahfidz al-Qur’an.
“Sekarang santri kita tidak hanya warga setempat tapi juga dari Jakarta, Kepulauan Seribu, Nusa Tenggara Timur, Riau dan daerah lain,†ungkapnya.
Razif berharap pesantren yang sudah meluluskan 13 angkatan ini semakin berkembang secara fisik, mutu dan kiprah di masyarakat dengan menjunjung nilai-nilai perjuangan. “Sejak awal kita tanamkan bahwa santri ini adalah kader umat. Insyaallah dengan ilmu yang diterima dari KMI cukup untuk berdakwah,†terangnya.
Harapan ini sejalan dengan keyakinannya bahwa ilmu yang diamalkan tak akan habis tapi semakin bertambah. Dengan ilmu yang diperoleh dari Gontor, pria yang dikaruniai tiga anak ini tidak hanya menjadi pengasuh pesantren tapi juga menjadi dai Muhammadiyah dan tercatat sebagai Ketua al-Irsyad Bumiayu dan Wakil Ketua DDII Cabang Brebes. [Ahmad Muhajir/DJ]