Ponorogo, Gontornews — Pada musim pendemi seperti sekarang ini, sebagian orangtua ada yang berinisiatif untuk menciptakan sekolahrumah atau homeschooling sendiri. Bukan tanpa alasan, tuntutan untuk selalu menjaga protokol kesehatan serta kebiasaan orangtua dalam membersamai anak selama belajar dari rumah, ternyata semakin meyakinkan sebagian orangtua untuk siap mengajarkan anaknya sendiri di rumah.
Namun, berbeda dengan Annisa Mustika Sa’adah, praktisi Djayusman Homeschooling, yang sudah menerapkan sekolahrumah untuk buah hati jauh sebelum pandemi melanda jagat raya. Sejak tahun 2017, Icha, begitu sapaan akrabnya, memutuskan untuk mendirikan homeschooling tunggal. “Artinya di sini saya hanya fokus mengajar anak-anak kandung saya sendiri,” terang Icha kepada Gontornews.com.
Annisa lantas menuturkan bahwa tujuan sekolahrumah miliknya adalah mengembalikan peran rumah sebagai tempat pendidikan dan pembelajaran utama bagi anak dengan berbasis Islamic worldview. “Kurikulum yang kami terapkan mengadopsi kurikulum nasional dan lebih menekankan pada aqidah dan filsafat hidup sebagai seorang Muslim (Islamic worldview),” terang alumnus Gontor Putri tahun 2005 itu.
Dapat disimpulkan bahwa sekolahrumah adalah salah satu alternatif jalur pendidikan (sekolah) bagi para orangtua yang menghendaki pendidikan dengan karakteristik tersendiri bagi anaknya. Model pendidikan ini resmi dan dijamin oleh negara. Sehingga dapat diurus perizinan dan bahkan mendapatkan pembinaan dari negara.
Inti dari sekolahrumah adalah kesadaran dari para orangtua bahwa pendidikan anak, pada hakikatnya berawal dari rumah. Artinya orangtua menjadi guru dan teladan bagi para murid yang juga anak-anaknya. “Karena setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan orang yang mampu secara tulus memahaminya adalah orangtuanya,” ucap Icha.
Intinya, homeschooling bukan sekedar belajar di rumah tapi lebih memaksimalkan misi pendidikan dari keluarga itu sendiri. Namun, jika orangtua merasa belum sanggup secara mental dan fisik, orangtua bisa mengundang guru atau mengikutkan anak di lembaga HS atau sekolah payung yang ada.
Dan apapun bentuk pendidikan anak kita baik itu sekolahrumah atau formal, orangtua tetap harus terjun langsung sebagai pembimbing dan pengasuh anak. Serta tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah semata. <Edithya Miranti>