George Town, Gontornews — Mufti Penang, Wan Salim Wan Mohd Noor, meminta kepada seluruh perguruan tinggi di Penang untuk tidak memasukkan Dr Zakir Naik (DZN) dalam silabus pendidikannya.
Wan Salim khawatir bahwa dengan masuknya DZN dalam silabus dapat meracuni pemikiran mahasiswa serta menyebabkan perselisihan lebih lanjut antarkomunitas masyarakat.
“Sebuah lembaga pendidikan tinggi harus berperan untuk mempersatukan orang alih-alih mendorong perpecahan dan permusuhan di antara mereka,” ungkap Wan Salim sebagaimana dilansir Malay Mail.
Pernyataan Wan Salim ini merujuk pada laporan yang masuk tentang sebuah pertanyaan dalam soal ujian di University Malaysia Perlis (UniMAP) yang menggambarkan DZN sebagai ikon di dunia Muslim.
“Mereka harus memastikan tidak ada elemen negatif dalam silabus yang tersebar di laman media sosial mengenai subjek hubungan etnis di UniMAP,” ujar Wan Salim.
Meski demikian, Wan Salim mengakui keterampilan DZN dalam berpidato serta tingkat intelektualnya yang sangat luar biasa. “Kemampuannya dalam berkhotbah seputar Islam tidak dapat disangkal,” imbuh Wan Salim.
Sementara itu, Wakil Kepala Menteri Penang II P Ramasamy juga mengkritik bahwa pertanyaan semacam itu bermasalah, bias dan tanpa epistemologi.
“(Pertanyaan) itu betul-betul bias mendukung Naik. (Pertanyaan itu) tidak mengungkapkan informasi tentang alasan mengapa ia dicari oleh India, dugaan kejahatan apa yang ia lakukan dan mengapa Malaysia melindungi dirinya serta mengapa ada larangan polisi yang dialamatkan kepadanya,” kata Ramasamy.
Pertanyaan seputar DZN yang muncul di UniMAP dan dianggap kontroversial berbunyai: “Zakir Naik adalah salah satu ikon dunia Islam. Ia sangat aktif menyebarkan Islam sejati dan mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ia mampu bernalar dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Namun, di Malaysia, ia tidak lagi diizinkan untuk menyampaikan khotbahnya. Menurut Anda, sebagai orang Malaysia, mengapa itu bisa terjadi?”
Pernyataan di atas diberikan jawaban ganda, yaitu: 1) Malaysia tidak peduli; 2) Orang Malaysia yang sensitif merasa terancam tanpa alasan; 3) Orang Malaysia biasanya diam tanpa alasan; dan 4) orang Malaysia tidak tahu tentang agama mereka sendiri. [Mohamad Deny Irawan]