Bandung, Gontornews – Tidak terasa Ramadhan sudah di pertengahan bulan. Artinya, akan segera datang malam diturunkannya Al-Qur’an. Itulah “Nuzulul Qur’an” yang banyak mengandung pesan pendidikan. Pesan bagi orang-orang yang beriman.
“Nuzulul Qur’an banyak mengandung pesan-pesan pendidikan,” kata Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Prof Dr H Sofyan Sauri, MPd.
Dalam tausiyahnya pada kajian Ahad (17/4) pagi ba’da Shubuh dari Masjid Al-Falaq, Gegerkalong Tengah, Kota Bandung, Prof Sofyan menyebutkan, peristiwa Nuzulul Qur’an paling tidak menghadirkan nilai-nilai pendidikan akidah dan nilai-nilai pendidikan syariah. Nilai pendidikan akidah yang dimaksud yaitu mendidik kita menjadi insan yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari kiamat, serta qada’ dan qadar.
Sedangkan nilai-nilai pendidikan syariah yaitu mendidik insan mengerjakan amal shalih, di antaranya selalu membaca, menghafal, memahami, mengamalkan, dan mengajarkan Al-Qur’an dengan baik. “Peristiwa Nuzulul Qur’an menjadi pedoman bagi seorang pendidik dalam menyampaikan suatu ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tahapan yang benar sesuai dengan tingkat pendidikannya,” ujarnya pada pengajian yang dilangsungkan secara hybrid melalui aplikasi Zoom.
Sekitar 590 jamaah menghadiri kajian melalui aplikasi Zoom. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia: Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan daerah lain di Tanah Air.
Dalam tausiyah bertema “Kajian Surah Al-Baqarah Ayat 185: Menyelami Makna Nuzulul Qur’an dalam Meningkatkan Literasi Al-Qur’an di Bulan Ramadhan”, Prof Sofyan mengatakan Nuzulul Qur’an merujuk pada peristiwa diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata yaitu “Nuzul” dan “Al-Qur’an”. Nuzul berarti bergeraknya sesuatu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sedangkan Al-Qur’an, menurut istilah para ulama, ialah kalam Allah yang menjadi mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafadz dan maknanya lewat perantara Malaikat Jibril. “Malam turunnya Al-Qur’an itu disebut dengan Lailatul Qadar,” terang dosen Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor itu.
Prof Sofyan menuturkan, tujuan utama Nuzulul Qur’an ialah agar Al-Qur’an dibaca, dipahami, direnungkan, diamalkan isi dan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian diajarkan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Ini sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS Shaad: 29).
Mengutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Prof Sofyan menyebutkan bahwa Allah SWT memuji bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya, karena Allah telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-Qur’an yang agung. “Dalam Surah Al-Qadar, Allah SWT menegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar, yaitu malam paling spesial dan paling mulia di bulan suci Ramadhan, malam yang sangat diharapkan seluruh umat Muhammad SAW dan lebih baik daripada seribu bulan,” ujarnya.
Dia menyebutkan, Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW secara bertahap atau berangsur-angsur sesuai dengan kejadian-kejadiannya. Ada dua alasan mengapa Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur. “Pertama, untuk memantapkan dan memperteguh hati beliau, karena setiap peristiwa yang beliau alami selalu disusul dengan turunnya Al-Qur’an,” terang dosen Pendidikan Bahasa Arab UPI itu.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Furqan: 32, yang artinya: “Dan orang-orang kafir berkata: ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”
“Kedua, agar Al-Qur’an mudah dihafalkan. “Betapa banyak sekarang ini anak-anak umur tujuh tahun sudah hafal Al-Qur’an. Ini karena Allah memberikan kemudahan,” papar Sofyan.
Sementara itu Manna’ al-Qaththan dalam kitab Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, lanjut Sofyan, memberikan beberapa kesimpulan tentang hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur, yaitu: Pertama, untuk meneguhkan hati Rasulullah SAW dalam menghadapi kaum yang memiliki watak dan sikap yang keras. Kedua, sebagai tantangan dan mukjizat. Ketiga, untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al-Qur’an.
Keempat, relevan dengan peristiwa, pentahapan dan penetapan hukum. Kelima, karena proses turunnya yang berangsur-angsur, maka orang pun mengkajinya sedikit demi sedikit. Keenam, mempunyai faedah dalam pendidikan dan pengajaran. Agar kita senantiasa menghafal Al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan mengamalkan kandungannya. []
Alhamdulillah
Sangat bermanfaat
Barokalloh