Tripoli, Gontornews — Lebih dari 1.700 keluarga terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka, setelah pertempuran yang terjadi selama dua hari di Libya. Selain itu sebanyak 115 warga sipil tewas dan 560 lainnya terluka.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, UNOCHA mengatakan, jumlah keluarga yang mencari perlindungan selama perang 48 jam tersebut telah menggenapkan total jumlah keluarga yang terlantar yaitu 5.000 keluarga sejak 26 Agustus lalu
“Sejak Minggu, 1.700 keluarga itu mencoba mencari daerah yang lebih aman,” jelas UNOCHA dalam sebuah pernyataan, Aljazeera.
Namun lanjutnya, tidak sedikit dari mereka yang takut meninggalkan rumah mereka lantaran penjarahan oleh kelompok bersenjata atau elemen kriminal.
“Ketika pertempuran meningkat, jumlah warga sipil yang terkena dampak kekerasan pasti meningkat,” katanya.
Ibukota Libya telah menjadi wilayah yang mencekam lantaran pertempuran yang terjadi sejak akhir Agustus lalu. Ketika Brigade Ke Tujuh, sebuah kelompok bersenjata yang berbasis di Tarhouna, 65km tenggara ibukota, dan milisi sekutu dari kota Misrata, meluncurkan serangan terhadap Brigade Revolusioner Tripoli dan Nawasi, dua dari milisi terbesar di Ibukota.
Milisi dari Tarhouna dan Misrata mengatakan mereka berperang untuk melindungi ibukota dari milisi yang kerap memeras lembaga-lembaga negara. Sementara itu milisi yang berbasis di Tripoli justru mengatakan bahwa mereka tengah berusaha mengusir penjahat dan orang luar.
Kedua belah pihak secara teknis beroperasi di bawah Pemerintahan Kesepakatan Nasional yang diakui secara internasional. [Devi Lusianawati]