Nairobi, Gontornews — Badan PBB untuk urusan pangan dan pertanian memperingatkan bahwa wabah belalang yang menginvasi Kenya dan Afrika Timur telah menyebabkan runtuhnya ketahanan pangan di wilayah tersebut. PBB pun mendesak masyarakat internasional untuk membantu Kenya dalam menanggulangi masalah belalang ini.
“Kita harus segera bertindak untuk menahan dan memerangi invasi ini. Saat hujan turun pada bulan Maret akan ada gelombang baru pascabelalang bereproduksi,” kata David Phiri, koordinator Food and Agriculture Organization (FAO) untuk subregional Afrika Timur.
“Karena itu, sekarang waktu terbaik untuk mengendalikan koloni belalang, melindungi mata pencahariaan masyarakat, menjaga ketahanan pangan serta memburuknya krisis pangan lebih lanjut,” imbuhnya sebagaimana dilansir Anadolu.
Selain Kenya, invasi belalang juga menyerang Ethiopia, Eritrea dan Somalia. Invasi ini bahkan telah memusnahkan padang rumput yang mempengaruhi mata pencarian ratusan ribu penggembala nomaden di wilayah tersebut.
Perubahan iklim telah menyebabkan topan dan hujan lebat di Afrika Timur. Kondisi ini merupakan kondisi menguntungkan bagi belalang untuk berkembang biak. Walhasil, miliaran belalang kemudian bermigrasi ke Kenya dan mengonsumsi berton-ton tanaman hijau seperti rumput, tanaman hingga dedaunan pohon.
“Kemungkinan besar Sudan Selatan dan Uganda akan menjadi tujuan berikutnya,” ungkap otoritas antarpemerintah untuk pembangunan Afrika, Guled Atan.
Sementara itu, seorang warga Kenya, Njoka, mengatakan bahwa masyarakat setempat akan menyelesaikan masalah invasi belalang dengan segera.
“Meskipun mereka bisa menjadi sumber makanan yang hebat di dunia, Anda tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut hanya dengan menyantapnya karena jumlahnya mencapai miliaran dan bereproduksi dengan sangat cepat,” ucap Njoka.
Sebagai informasi, wilayah Afrika Timur tengah menghadapi kerawanan pangan yang mempengaruhi 19 juta orang. Invasi belalang disebut-sebut akan menyebabkan kerugian panen dan musnahnya padang rumput yang sangat berguna bagi peternakan hingga menyebabkan ketahanan pangan di daerah tersebut semakin memburuk. [Mohamad Deny Irawan]