Keluarga memerankan peranan penting dalam pendidikan agama. Namun sebagian besar keadaan keluarga sangat rapuh sehingga tidak memenuhi syarat-syarat pendidikan, seperti tidak memiliki/menguasai pengertian, keyakinan dan keterampilan agama, di samping tidak mempunyai cukup waktu dan energi untuk mendidik, serta tingkat pendidikannya masih rendah untuk menghadapi persoalan anak didiknya.
Tak hanya itu, situasi dan kondisi keluarga tidak menunjang pendidikan agama, di samping masuknya pengaruh negatif yang datang melalui media komunikasi televisi, radio, film, dan bacaan. Belum lagi keadaan perumahan dan ruang tinggal yang sangat menyedihkan, berjubel, berhimpitan, serta penuh sesak dengan manusia dan alat-alat rumah tangga. Ditambah metode behavioral approach (bil hikmah wal mau’izhatil hasanah) praktis tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Keadaan itu sangat suram dan mencemaskan. Satu-satunyaharapan yang menimbulkan optimisme adalah kesadaran dan keinginan orang tua untuk menanamkan kepada anaknya: ketauhidan, akhlak, dan budi luhur berdasarkan moral agama.
Untuk menghadapi tantangan dari pengaruh negative pembangunan dan penyerapan teknologi modern itu, orang melihat agama sebagai senjata yang ampuh dan pendidikan agama merupakan jalan yang harus ditempuh. Dalam rangka ini uluran tangan dari Majelis Ulama sangat dibutuhkan.
Jika keluarga sebagai inti masyarakat keadaannya telah menjadi rapuh, maka kehidupan moral masyarakat pun akan menjadi lumpuh.
Meluruskan Sikap
Jika digali lebih dalam, kesalahan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya konflik antara orang tua dan anak serta kemunduran pendidikan agama dalam keluarga antara lain adalah kesalahan sikap dalam memilih jalan, atau kesalahan dalam menentukan sikap ketika menghadapi persimpangan jalan dalam suasana yang dikatakan ”pembaruan”.
Kesalahan sikap itu dimulai dari orang tua yang tidak berpegang kuat pada prinsip moral agama, atau mereka hanyut dibawa perubahan zaman.
Pandangan tentang kehidupan modern telah mengaburkan penglihatan mereka tentang mana yang prinsip dan mana yang bukan, mana yang benar dan mana yang salah, serta mana yang baik dan mana yang buruk. Kecenderungan untuk mengejar kemajuan dan kenikmatan materiil mengakibatkan perbuatan-perbuatan seperti suap, korupsi, kecurangan, dan kesewenang-wenangan.[]