Anak-anakku, kalian harus mengerti arti istilah, kata, murid. Secara bahasa, murid berasal dari kata man yurid: arada, yuridu, fahuwa murid. Kamu menjadi murid itu artinya kamu sudah mau, mau kepada gurunya tempat belajar itu. Kalau mengatakan murid Pimpinan Pondok Modern artinya menginginkan Pimpinan Pondok Modern menjadi gurunya. Andaikata murid/calon murid yang katanya mau itu belum betul-betul mau, belum betul-betul percaya, maka tidak akan jadi. Murid bertanya kepada guru. Guru menjawab, tapi murid itu masih ragu kepada gurunya. Maka jawaban gurunya itu diterima dengan ragu. Ilmu itu tidak akan masuk atau anak itu tidak mendapat ilmu sama sekali. Kalau murid belum atau tidak tahu, lalu diberitahu gurunya, dia harus terima dan percaya seratus persen.
Misalnya murid bertanya, “Pak, Amsterdam itu di mana?” Dijawab oleh gurunya, “Di Eropa.” Murid itu berkata, “Apa iya, apa betul?” Murid tersebut tidak akan mendapat ilmu. Andaikata mendapat ilmu, sebenarnya ilmu tadi tidak akan benar-benar masuk ke dalam otaknya. Maka kepercayaan itu menjadi pokok. Anak-anak yang sudah duduk di kelas lima dan enam, mestinya sudah mau, sudah mengerti, sudah percaya. Tapi kami tak bisa percaya penuh karena ada hal-hal rawan. Anak-anak yang pengertiannya kurang, mudah kemasukan racun, mudah kemasukan iblis, mudah disesatkan Dajjal. Dengan kata lain, orang bingung itu paling mudah disesatkan.
Anak yang sudah tidak krasan di Pondok Modern, anak yang tidak kuat belajarnya, anak yang kira-kira tidak akan naik, anak yang kurang mengerti pelajaran, anak yang mengalami kekecewaan, baik karena kalah saingan dengan teman atau karena kalah main olahraga. Ini semua merupakan bahan-bahan rawan yang mudah sekali dimasuki setan dan iblis.
Ada anak yang agak sakit barangkali, kemudian makan nasi tidak enak. Ia berkata, “Bagaimana di Gontor ini. Makan tidak enak seperti ini.” Padahal, yang tidak enak itu lidah anak satu ini saja. Bunyinya racun kadang hanya gumam, “Hmm…” Itu saja sudah dapat meracuni. Itu suara iblis, Dajjal, setan. Kalau anak telah kemasukkan iblis, maka apa saja yang ada di pondok ini dikatakan jelek. Kalau sudah tidak senang: karena tidak krasan, karena tidak kuat pelajaran dan lain-lain, akhirnya menjadi ainussukhti. Maka kamu harus hati-hati. Kalau sudah kemasukan iblis, ainussukhti, apa saja yang ada di pondok ini, semua jelek. Masalah pokoknya ialah percaya atau tidak percaya. Kalau sudah tidak percaya, sulit diatasi.
Kami memberi/berkurban untuk Pondok selama 50 tahun lebih, pernah diterima secara jahat. Kami bersedekah itu dikatakan ‘pancingan’. Dianggap kami ini cari untung. Modal pertamamu ke sini ialah percaya. Kalau kamu tidak percaya, mengapa di sini? Apa artinya? Maka perintah kami umumkan, ditulis, dicetak, dan dibaca di stasiun radio, “Barangsiapa yang tidak percaya kepada Trimurti Pimpinan Pondok Modern Gontor, haram menginjakkan kakinya di Pondok Modern.” Karena kerasnya tantangan itu, RRI Bandung keberatan membacanya. Tetapi RRI lain-lain mau membacanya.
Kalau kamu sudah tidak percaya kepada Pondok, mungkin kamu tidak percaya kalau diberi tahu. Kalau kamu belajar dan tidak percaya kepada guru, tidak ada artinya. Bukan saja la yanfa’, la ‘ilma lahu. Orang seperti itu tidak bisa menjadi pintar dan tidak bisa mempunyai banyak ilmu. Kalau sudah percaya, buka mata, buka telinga. Pertemuan di Gontor ini untuk membuka telingamu supaya tidak kemasukan Dajjal, kemasukan iblis. Iblis itu banyak dan tidak kelihatan. Mungkin dekat dan mungkin jauh. Maka kewajiban kami untuk mengenalkan kepada kalian semua. []