Oleh KH Syamsul Hadi Abdan
Jangan terlalu memperhitungkan waktu kalian untuk pendidikan. Jangan bosan juga memberi arahan-arahan kepada anak-anak didik kita. Begitulah nasihat sesepuh pondok kepada para guru. Kalau guru itu penuh perhatian kepada muridnya maka dia akan selalu diperhatikan juga oleh Allah SWT.
Sikap tersebut telah dicontohkan oleh para pendiri pondok kita. KH Imam Zarkasyi, misalnya, selalu penuh memperhatikan santri. Pada awal-awal berdirinya pondok ini seolah-olah waktu itu hanyalah untuk kepentingan santri. Padahal putra-putra beliau itu banyak. Jumlah anak-anak beliau 11 orang. Tapi beliau sangat mementingkan santrinya.
Seorang guru atau kiai harus menjaga martabat dan wibawanya. Sebagai contoh, kiai tidak suka terhadap guru yang menggendong anak bayinya di depan guru-guru yang lain, itu mengurangi wibawanya. Apalagi memakai jarit merah yang diikatkan ke pundak. Beliau selalu memperhatikan waktu santri-santrinya, waktu belajar malam, belajar pagi juga terhadap santri kelas enam perhatian beliau selalu tercurahkan kepada mereka dan tidak mengurangi kecintaannya terhadap santri junior di bawah kelas enam. Juga selalu memperhatikan guru-guru Gontor yang kuliah di perguruan tinggi Gontor. Dulu bernama PTD (Perguruan Tinggi Darussalam), kini UNIDA.
Kalau orang itu selalu memperhatikan kepentingan orang lain, maka dia akan selalu diperhatikan oleh Allah SWT. Maka kita sebagai guru jangan selalu memperhitungkan waktu kita untuk santri, waktu belajar malam, pengarahan, bimbing pelajaran sore. Kita pun harus yakin bahwa Allah akan juga memperhatikan kita dalam setiap kegiatan kita yang baik-baik.
Seperti halnya Kiai Imam Zarkasyi, beliau memiliki banyak anak yang perlu diperhatikan pula. Tapi perhatiannya kepada santri tak berkurang. Hampir segala kegiatan santri, beliau selalu ikut dan jarang pergi ke mana-mana. Itulah manusia kalau dia terus membantu sesama akan juga dibantu oleh Allah SWT. “wallahu fi ‘aunil abdi maa daamal abdu fi ‘auni akhiiihi”.
Itulah salah satu contoh dari pendiri pondok ini. Terlihat beliau tidak terlalu memperhatikan keluarga beliau sendiri, tapi dengan sendirinya keluarga beliau tertata dengan rapi seiring beliau memperhatikan orang lain. Anak cucunya tidak terbengkalai.