Jakarta, Gontornews – Pengamat ekonomi, Ichsanuddin Noorsy menilai bahwa perombakan susunan kabinet kerja oleh Presiden Joko Widodo (27/7) tidak akan berpengaruh banyak pada perbaikan ekonomi nasional. Baginya, Indonesia telah terperangkap dalam sistem perbudakan internasional.
“Yang terpenting, apakah perombakan kabinet kali ini mampu membangun harapan segar pada iklim perekonomian berbasis konstitusi? sayangnya saya menjawab tidak,” kata Ichsanudin Noorsy dalam pesan singkatnya kepada Gontornes.com
“Indonesia sudah terperangkap dalam sistem perbudakan modern,” tambahnya.
Presiden mengumumkan perombakan kabinet kerja di Istana kepresidenan (27/7) siang. Dalam perombakan ini, presiden merubah sejumlah menteri ke jabatan, yang menurut presiden, ideal. Sebut saja Sofyan Djalil yang bergeser dari Menteri Perencanaan pembangunan Nasional dan kepala Bappenas ke Menteri Agraria menggantikan posisi Fery Mursyidan Baldan. Begitu juga dengan posisi menteri keuangan yang sebelumnya ditempati Bambang Brodjonegoro, kini, diisi oleh Sri Mulyani Indrawati.
Selain itu, ada juga nama baru yang ditempatkan Presiden sebagai menteri seperti Asman Abnur (Men PAN/RB), Arcandra Tahar (Menteri ESDM), Airlangga Hartarto (Menteri Perindustrian), Enggartiasto Lukita (Menteri Perdagangan), Muhadjir Effendy (Menteri Pendidikan dan kebudayaan), Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan) dan Eko Putro Sumadi (Menteri Desa PDTT).
Perombakan sejumlah nama menteri di jajaran kabinet kerja ala Jokowi, disebut Noorsy, berkaitan erat dengan melambannya perekonomian nasional. Selain itu, Pria kelahiran Jakarta 57 tahun silam tersebut mengatakan bahwa perombakan ini merespon melambatnya ekonomi Tiongkok dan kembalinya haluan ekonomi Indonesia ke dunia barat.
“(Perombakan kabinet jilid 2) mengindikasikan, kiblat kebijakan ekonomi kembali ke Barat,” kata Noorsy.
“Dalam situasi ekonomi AS dan Uni Eropa menuju resesi, juga situasi ekonomi RRC yang melamban, sementara Jepang memberlakukan suku bunga negatif, maka model ekonomi yang dpilih melalui tokoh tersebut bisa diyakini berpijak pada neoliberal sejati,” sindir peraih gelar doktor Universitas Airlangga tersbut.
Noorsy tidak segan mengingatkan pemerintah bahwa perombakan kabinet kerja tidak menjamin tegaknya kedaulatan ekonomi nasional.
“Saat neoliberal makin sejati, maka dominasi konglomerasi nasional dan internasional akan berjalan seperti biasa dengan kecendrungan menguat di tengah rakyat ,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan/DJ]