Natuna, Gontornews — Kampung Vietnam begitu sebutannya, kampung yang terletak di Pulau Galang ini merupakan sebuah camp pengungsian seluas 80 hektar yang di bangun puluhan tahun lalu saat terjadinya perang saudara di Vietnam pada tahun 1975.
Lokasi Kampung Vietnam ini terletak tidak terlalu jauh dari Kota Batam, sekitar 50–60 km. Perjalanan darat memakan waktu sekitar 1,5 jam via Jembatan Barelang. Kampung ini merupakan tempat pengungsian 250.000 orang Vietnam yang pada 1979–1996 sering dikenal sebagai manusia perahu.
Sebagian dari mereka sampai ke Pulau Natuna, Tanjung Pinang, Pulau Galang dan beberapa pulau lain di wilayah Kepulauan Riau. Mengunjungi pulau ini akan mengingatkan kita betapa kejamnya tentara komunis Vietnam sampai-sampai warga negaranya sendiri harus melarikan diri jauh ke seberang Laut Cina Selatan.
Tempatnya memang terpencil, tetapi hal itu tidak membuat tempat wisata Batam ini sepi dari pengunjung. Lokasi kampung ini berada di Pulau Galang. Rasa ingin tahu yang besar dari para wisatawan mengenai sejarah dari kampung tersebut serta keunikannya adalah dua faktor yang membuat tempat wisata Batam ini selalu dikunjungi.
Objek wisata sejarah dari Pulau Batam ini dulunya memiliki beberapa fasilitas seperti klinik PMI, kantor administrasi dari PBB, tempat pendidikan anak-anak, tempat peribadatan/kuil, dan tempat makam bagi mereka yang meninggal dunia karena terserang penyakit.
Pada masa itu, PBB via UNHCR mengamanatkan kepada Indonesia untuk menjadikan Pulau Galang sebagai tempat penampungan para pengungsi perang dari Vietnam ini. Pada masa itu Pulau Galang masih kosong tak berpenghuni.
Kemudian didirikanlah camp pengungsian lengkap dengan berbagai fasilitas seperti barak-barak, rumah sakit, tempat ibadah, sekolah bahkan penjara yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi.
Sebagian besar dari bangunan dan isi kampung ini bisa dibilang terawat dan memang layak untuk dikunjungi. Bangunan peribadatan yang terdapat disinipun menjadikan gambaran uniknya kepercayaan para pengungsi yang pernah meninggali tempat ini.
Ada beberapa pertimbangan menempatkan Pulau Galang sebagai lokasi tempat pengungsian. Pertama tempatnya luas, mudah diisolasi, dan lokasinya cukup strategis. Di Pulau Galang juga, para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya sepanjang tahun 1979-1996, hingga akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam.
Di kawasan ini, pengunjung dapat melihat beberapa monumen dan sisa peninggalan dari kamp pengungsian. Dari sisa-sisa peninggalan ini, pengunjung dapat membayangkan bagaimana para pengungsi Vietnam mencoba bertahan hidup, jauh dari tanah kelahirannya.
Pengunjung yang memasuki pulau ini akan disambut dengan Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. Tak jauh dari Patung Taman Humanity, terdapat areal pemakaman yang bernama Ngha Trang Grave. Di sini, dimakamkan 503 pengungsi Vietnam yang meninggal karena berbagai penyakit yang mereka derita. Selain itu, depresi mental membuat kondisi fisik mereka semakin lemah.
Lalu, di pulau ini juga terdapat Monumen Perahu yang terdiri atas dua perahu yang digunakan para pengungsi ketika meninggalkan Vietnam. Selain itu, berbagai tempat ibadah yang dulu dibangun untuk memfasilitasi pengungsi seperti, Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja protestan, dan juga musala.
Salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran jelas kepada pengunjung mengenai kehidupan sehari-hari para pengungsi adalah gedung bekas kantor UNHCR. Memasuki gedung ini, pengunjung dapat melihat foto seribu wajah pengungsi yang pernah tinggal di pulau tersebut.
Terdapat juga foto-foto berbagai peristiwa yang terjadi pada orang-orang Vietnam ini selama masa pengungsian. Tak hanya foto, pengunjung juga dapat melihat beberapa kendaraan yang tersisa seperti sepeda motor, mobil, truk, hingga sepeda yang pernah digunakan oleh para pengungsi.
Kemudian ada banyak eks kamp-kamp pengungsian yang cukup menyeramkan. Kondisi kamp-kamp pengungsian rusak berat dan kotor. Saat sampai dan masuk ke lokasi bekas kamp pengungsi Vietnam, pengunjung dikenakan tiket masuk seharga Rp 10.000 per orang. Di tempat, pengunjung juga akan disambut oleh puluhan monyet-monyet liar yang berkeliaran di jalan.
Namun seiring dengan nilai sejarah di Pulau Galang, pemerintah tengah menyiapkan sebuah rumah sakit untuk menampung pasien yang terjangkit virus korona. Tentunya ini akan menjadikan pulau ini semakin angker. Bahkan bisa mematikan potensi pariwisata di Kampung Vietnam ini. [fathurroji]