Moskow, Gontornews — Rusia meminta 60 diplomat AS untuk meninggalkan negara itu pada 5 April sebagai reaksi atas pengusiran 60 diplomat Rusia oleh AS awal pekan ini.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia yang dirilis pada hari Kamis (29/3), 58 dari mereka yang diusir bertugas di kedutaan AS di Moskow dan dua di konsulat AS di Yekaterinburg.
Tak hanya itu, Rusia juga mencabut izin konsulat AS di St Petersburg – yang berarti harus ditutup – dan mengeluarkan nota protes kepada duta besar AS untuk Moskow, Jon Huntsman, mengenai apa yang disebut tindakan diplomatik “memalukan dan tidak beralasan” terhadap Rusia.
Amerika Serikat cepat tanggap. Pada konferensi pers di Washington DC, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan, tindakan Rusia itu menunjukkan ia “tidak tertarik untuk dialog”.
“Tidak ada pembenaran untuk reaksi Rusia. Tindakan kami dimotivasi murni oleh serangan terhadap Inggris – serangan terhadap warga negara Inggris dan putrinya,” kata Nauert.
Dia menambahkan, AS memiliki hak untuk menanggapi lebih lanjut tindakan Rusia terhadap negaranya.
Pada hari Senin dan Selasa, 24 negara Eropa – bersama dengan AS, Kanada, dan Australia – mengusir lebih dari 120 diplomat Rusia dalam unjuk rasa solidaritas dengan Inggris setelah agen saraf meracuni mata-mata Rusia di Kota Salisbury, Inggris selatan.
NATO juga mengusir tujuh pejabat yang bekerja untuk Rusia.
Pekan lalu, London mengusir 23 pejabat Rusia dan Moskow menanggapi dengan cara yang sama.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan dia memiliki bukti keterlibatan Rusia dalam meracuni mantan perwira intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia.
Yulia tidak lagi dalam kondisi kritis dan membaik dengan cepat, kata dokter, Kamis. Sergei tetap dalam kondisi kritis tetapi stabil. [Rusdiono Mukri]