Jakarta, Gontornews — Intelectual Assosiation for Islamic Studies (IAFORIS) bekerjasama dengan IAI Nasional Laa Roiba dan STAI DUBA Madura menyelenggarakan The 1st International Cpnference on Islamic Economic 2022 bertema The Acceleration of Islamic Economic, Development and Growth in The Era of Disruption, Acara berlangsung melalui Webinar Zoom Sabtu (26/3) pagi sampai sore diikuti ratusan akademisi dari 40 kampus dalam dan luar negeri.
‘’Saya menyambut baik acara The 1st International Cpnference on Islamic Economic 2022 ini. Tema the Acceleation of Islamic Economic Development and Growth in the Era Disruption sangat tepat kita gulirkan oleh karena beberapa alas an,’’ ungkap Rektor IAI Nasional Laa Roiba Bogor, Yanti Hasbian Setiawati, saat membuka ICIE 2022.
Rektor Laa Roiba berharap ekonomi dan keuangan syariah tampil menjadi solusi masa kini dan mendatang. ‘’Semoga acara ini bermanfaat, membawa perbaikan dan kemaslahatan. Tidak hanya bagi Negara dann bangsa Muslim, tapi juga seluruh umat manusia di belahan bumi manapun. Kita ingin Ekonomi Islam dan Keuangan Syariah benar-benar tampil sebagai solusi segala permasalahan dan tantangan di era disruption ini. Lebih jauh dari itu, kita ingin ekonomi dan keuangan syariah tampil menjadi actor dan contributor utama penggerak ekonomi nasional, pembangunan regional dan kemakmuran global sehingga Islam tampil nyata sebagai rahmatan lil alamin,’’ tamahnya.
Rektor Yanti menjelaskan, The State of the Global Islamic Economy Report 2018/2019 melaporkan besaran pengeluaran makanan dan gaya hidup halal umat Islam di dunia cukup naik secara signifikan Nilainya diperkirakan akan terus tumbuh mencapai USD 3 triliun pada 2023. Sekarang kita sudah berada pada tahun 2022. Faktor utama pendorong pertumbuhan industry halal adalah peningkatan jumlah penduduk Muslim di dunia yang terus meningkat dan mencapai 27.5 persen dari total populasi dunia pada 2030. Peningkatan populasi ini akan meningkatkan permintaan terhadap produk dan jasa halal secara signifikan.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, tambahnya, Indonesia belum dapat berperan secara optimal dalam memenuhi permintaan ini. Dalam the Global Islamic Economy Index 2018/2019, Indonesia tercatat berada di posisi ke-10 sebagai produsen produk halal dunia. Meskipun kinerja ekspor Indonesia pada produk fesyen Muslim, makanan halal, dan pariwisata halal, terus meningkat, namun secara agregat, Indonesia memiliki net impor yang besar untuk produk dan jasa halal. Hal ini mengakibatkan defisit pada transaksi berjalan. Hal ini nanti menjadi PR kita bersama
Akselerasi peran ekonomi Islam dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi semakin urgen dilakukan karena harus diakui tingkat literasi dan inklusi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih jauh dari harapan. Data survey Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) 2021 menunjukkan literasi ekoomi dan keungan syariah baru mencapai angka 21%, sementara inklusi dan market share ekonomi dan keuangan syariah baru menyentuh angka 9%, masih kurang dari 10%..
Direktur IAFORIS Dr Abdul Mukit MPd dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang berkolaborasi sehingga terselngaran ICIE I 2022. Dia mengapresiasi antusias para akademisi dan mendukung keberlanjutan kegiatan ini. ‘’Kami berharap acara pertukaran pengakaman, curah ilmu, dan sharing gagasan ini dapat berlanjut ke tahun-tahun berikutnya.’’
Menurut, Direktur IAFORIS acara The 1st International Cpnference on Islamic Economic 2022 yang bertema The Acceleration of Islamic Economic, Development and Growth in The Era of Disruption diikuti oleh ratusan akademisi. Mereka berasal dari lebih dari 30 kampus dalam negeri dan 10 kampus luar Negeri. Antara lain Khatam al-Morsaleen International University (Mesir), An Najah Univeristy Burao Somal (Somalia), As Sunnah International Universty Nigeria, Kuwait University dan lainnya.[DJ]