Taliwang, Gontornews — Ketua Forum Pesantren Alumni (FPA) Gontor Dr KH Zulkifli Muhadli menegaskan, siapapun tak berhak mengutuk salah seorang alumni Gontor dianggap, dituduh atau dipidana sebagai teroris seperti Ust Abubakar Ba’asyir. Sebab belum tentu Abubakar Basyir dipenjara sebagai teroris seperti yang selama ini dituduhkan.
“Apakah betul beliau teroris nanti sejarah akan membuktikan. Sama ketika Buya Hamka dipenjara oleh Orde Lama sebagai kontra revolusi. Apakah benar Buya Hamka kontra revolusi, sejarah membuktikan tidak,†paparnya.
Sampai hari ini, kata Kiai Zulkifli, dirinya tak pernah percaya jika pimpinan pesantren al-Mukmin Ngruki Solo, tersebut terlibat dalam kegiatan terorisme. Bahkan 10 tahun yang akan datang Abubakar Ba’asyir bisa saja terbebas dari tuduhan tersebut.
Pimpinan Pesantren Al-Ikhlas Taliwang ini bertanya, pihak yang terus mengaitkan pesantren alumni Gontor terkait teroris, dari mana buktinya. Pesantren alumni Gontor yang tergabung dalam Forum Pesantren Alumni (FPA) yang dipimpinnya menerapkan kurikulum yang sama dengan Gontor.
Faktanya, pesantren alumni Gontor tak hanya melahirkan sosok Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Badrotin Haiti tapi juga Abubakar Ba’asyir padahal kurikulumnya sama.
Pihaknya pernah menyampaikan keberatan kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) karena lembaga itu pernah mengeluarkan daftar pesantren teroris. Ada dua pesantren yang tergabung dalam FPA disebut sebagai teroris.
“Dari mana penilaiannya pesantren dianggap sebagai sarang teroris, apa ukurannya? Setelah dicek di intelijennya, ternyata tidak ada daftar itu,†ujarnya.
Menurut Kiai Zulkifli, standar tentang pesantren sebagai sarang teroris masih banyak perdebatan dan pihaknya berkewajiban untuk meluruskan stigma negatif tersebut. Dia menegaskan, kalau pun ada orang yang membuat teror itu bukan karena pesantrennya, tapi karena dunia tidak adil terhadap umat Islam.
Ketidakadilan dunia di Palestina, Gaza dan negara Timur Tengah lainnya, menurutnya, melahirkan kelompok radikal.
“Bukan pesantren yang melahirkan mereka, kebetulan saja ada alumni pesantren namun banyak juga alumni SMA dan yang tidak sekolah terlibat teroris,†terangnya.[Ahmad Muhajir/Rus]