Jakarta, Gontornews– Ada yang berbeda dengan pemilu yang berlangsung pada 17 April 2019 lalu. Berbagai komentar atas penyelenggaraan pemilu serentak 2019 dan harapan untuk pemilu yang akan datang pun diungkapkan banyak pihak.
Selain alasan rumit karena banyaknya calon yang harus dipilih oleh peserta pemilu, juga karena banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan aparat keamanan yang meninggal dan sakit karena kelelahan.
Berdasarkan catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI disebutkan hingga pukul 18.00 WIB (25/4/2019) petugas KPPS yang meninggal dan yang sakit selama menjalankan tugas bertambah. “Jumlah yang wafat 225 dan yang sakit 1470, total tertimpa musibah 1695 orang,” ujar Komisioner KPU RI Viryan Aziz kepada wartawan di Jakarta (25/4)
Adalah Komisioner KPU RI, Pramono Ubaid Tanthowi yang menilai, pemilu kali ini melampaui batas kemampuan rata rata manusia Indonesia pada umumnya.
Pramono pun berharap agar pemilu serentak seperti Pemilu 2019 ini tidak terulang di kemudian hari. “Pemilu model seperti ini bagi saya cukup yang pertama dan terakhir,” kata Pramono seperti dilansir detiknews.com.
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla juga berkomentar terkait pemilu 2019. Menurut JK pemilu kali ini telah membuat beban kerja petugas KPPS bertambah berat dan membuat atensi masyarakat pada pileg berkurang.
Padahal pileg sama pentingnya dengan pilpres, karena pileg turut menentukan kualitas pembuatan kebijakan pemerintah untuk lima tahun ke depan. JK pun mengusulkan agar Pilpres dan Pileg tahun 2024 nanti dilakukan secara terpisah.
“Semuanya mempunyai pandangan yang sama bahwa proses pemilu kali ini rumit dan sulit. Harus dievaluasi. Solusi yang sependapat adalah kembali memisahkan pileg dan pilpres. Supaya bebannya tidak terlalu berat,”jelasnya dikutip CNN Indonesia. [Muhammad Khaerul Muttaqien]