Baghdad, Gontornews — Badan meteorologi Irak, melaporkan suhu di sejumlah wilayah telah mencapai lebih dari 50 derajat Celcius. Ibukota Baghdad, pada Rabu (02/08/2023), bahkan mencatatkan suhu 49 derajat Celcius, sementara Basra mencaatkan rekor suhu hingga 51 derajat Celcius.
Sementara itu, kurangnya pasokan listrik juga berdampak bagi masyarakat Irak secara nasional. Akhir pekan lalu, otoritas kelistrikan Irak melakukan pemadaman secara nasional setelah sebuah pembangkit di Basra terbakar secara tidak disengaja.
Aljazeera melansir, Irak merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Mereka sering kali menghadapi gelombang panas yang menyengat, berkurangnya curah hujan, kelangkaan air dan mengalami penggurunan.
Selama musim panas ini, Rumah Sakit Pendidikan Al-Ramadi telah menerima setidaknya 10-15 pasien setiap hari karena serangan panas dan dehidrasi. Dokter dari Rumah Sakit Al-Ramadi, Dr Ziad Tariq, mengatakan seorang petugas kebersihan di rumah sakit Al-Ramadi juga terkena serangan panas.
“Seorang petugs kebersihan yang bekerja di luar ruangan di Ramadi dalam kondisi seperti ini karena serangan panas,” kata Tariq.
“Kami membawanya ke ICU karena dia kehilangan kesadaran dan meninggal dunia tidak lama kemudian,” sambungnya.
Dengan suhu ekstrem tersebut, Irak telah menjelma menjadi salah satu wilayah paling panas di bumi. Permasalahan kian memburuk setelah mereka juga menghadapi krisis daya ketika banyak masyarakat membutuhkan pasokan listrik guna menghidupkan pendingin ruangan.
“Irak menghadapi tiga badai sempurna dalam satu dekade terakhir,” kata Azzam Alwalsh, pakar lingkungan dan pendiri Nature Iraq.
“Namun, para pembuat kebijakan tidak menyadari jurang yang kami hadapi, apalagi memikirkan solusi dan waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikannya,” tutup Alwalsh. [Mohamad Deny Irawan]