Pensylvania, Gontornews — Laman penyedia informasi cuaca internasional, Accuweather, menyebut bahwa gelombang panas yang melanda Eropa telah berhasil memecahkan rekor suhu tertinggi di Eropa. Pada hari kami (25/7), suhu di Paris telah mencapai 43 derajat Celcisus atau tertinggi yang pernah terjadi di Eropa.
“Pekan lalu, suhu panas di Prancis berhasil memecahkan rekor (kenaikan suhu tertinggi) karena banyak kota di sejumlah negara mengalami suhu yang tidak pernah terjadi dalam sejarah meteorologis mereka,” ungkap peneliti AccuWeather, Max Vido.
Selain Prancis, kenaikan suhu juga mendatangkan malapetaka di sejumlah negara seperti Belgia, Jerman dan Belanda. Vox mencatat ada sekitar 5 orang kematian yang terjadi di Prancis akibat kepanasan serta gangguan perjalanan yang terjadi di Prancis dan Inggris.
“Kamis (25/7) menjadi puncak gelombang panas yang relatif singkat namun intens dengan sebuah termometer merekam suhu tertinggi sepanjang masa yaitu 42,6 derajat Celcisu di Paris-Montsouris dan 40,8 derajat Celcisu di Tours dan banyak daerah lain yang memecahkan rekor suhu tertinggi,” tambah Vido.
Sedangkan di malam hari, masyarakat sedikit terbantu karena suhu malam hari di Paris 20 derajat Celcius.
“Waktu malam memberikan sedikit bantuan bagi suhu panas (yang terjadi pada siang hari) karena malam sebelumnya naik hingga 20 derajat Celcius, atau suhu minimum tertinggi yang tercatat ddi selujumlah stasiun pengamatan di seluruh negeri,” kata Vido.
Sementara itu, pakar iklim AccuWEather, Tyler Roys, menjelaskan bahwa kenaikan suhu di Eropa merupakan hal yang biasa meski, di lain sisi, hal ini menjadi tantangan nyata negara beriklim sedang.
“Apa yang dilakukan oleh gelombang panas ini adalah menyebarkan kekeringan yang sedang berlangsung dan dimulai pada bulan ini. Musim panas ini terjadi lebih awal dan berpotensi menghasilkan ancaman kebakaran hutan yang lebih tinggi,” ungkap Roys.
“Ancaman ini akan terus terjadi sampai musim panas ini berakhir. Akibatnya, risiko kebakaran hutan meningkat terutama di daerah yang sangat berhutan seperti di Perancis,” tambah Roys.
“Terkadang wilayah ini melihat badai dan melihat curah hujan yang layak. Namun, segala sesuatu untuk mengurangi dampak kekeringan tengah dikerjakan di tengah fenomena yang benar-benar tidak tercatat dalam buku sejarah itu,” pungkas Roys. [Mohamad Deny Irawan]