Jakarta, Gontornews — Perekonomian Indonesia selama tahun 2015 telah memberi kita tiga pelajaran penting. Ketiga hal tersebut terangkum dalam buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) tahun 2015 yang diluncurkan oleh Bank Indonesia, Jumat (28/4) di Jakarta. Buku tersebut berjudul Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo dalam sambutannya memaparkan tiga pelajaran penting dari perekonomian Indonesia tahun 2015 tersebut.Pelajaran pertama, kebijakan makroekonomi perlu diterapkan secara disiplin, hati-hati, konsisten, dan tepat waktu, baik fiskal maupun moneter. Hal itu menjadi kunci dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pelajaran kedua, disiplin kebijakan makroekonomi tersebut tidak cukup tanpa didukung oleh sinergi kebijakan yang kuat antarpemangku kebijakan, baik Bank Indonesia, Pemerintah Pusat dan Daerah, maupun otoritas terkait lainnya.
Ketiga, pentingnya implementasi reformasi struktural dan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, temasuk hilirisasi, yang dapat memperkuat fondasi perekonomian, sehingga perekonomian menjadi lebih berdaya tahan dan tumbuh secara berkelanjutan. “Hal ini didasari oleh siklus perekonoman global yang terjadi sepanjang 2015,†jelasnya.
Untuk tahun 2016, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh 5,2-5,6 persen dan terus berada dalam tren yang meningkat dalam jangka menengah. Inflasi juga diprakirakan dapat terjaga sesuai dengan kisaran sasaran 4±1 persen untuk tahun 2016-2017 dan 3,5±1 persen dalam jangka menengah. “Dengan struktur perekonomian yang lebih baik dan sumber pertumbuhan yang lebih terdiversifikasi, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan tetap terkendali pada tingkat yang aman dan dengan struktur yang lebih sehat,“ papar Gubernur BI.
Hadir dalam peluncuran buku tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D. Hadad. Dalam kesempatan memberikan sambutan, Ketua OJK menekankan pada pentingnya sektor jasa keuangan untuk berkontribusi dalam upaya mempercepat reformasi struktural.
Menurut Ketua OJK, sektor jasa keuangan, sebagai sumber pembiayaan pembangunan, harus berperan mewujudkan stabilitas dan inklusivitas di dalam perekonomian. [Muhammad Khaerul Muttaqien/Rusdiono Mukri]