Tujuan pendidikan ialah menolong menunjukkan jalan kepada anak-anak, atau siapa saja, yang belum dapat berjalan dan memilih jalan dengan sendirinya. Pendidik, bertugas untuk menunjukkan jalan kebaikan, sehingga anak didik menjadi baik dalam segala perbuatan, perkataan, dan hatinya.
Lalu apa itu kebaikan? Yang dinamakan baik sepanjang ajaran Islam ialah yang tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya (QS adz-Dzâriyât/51: 56). Orang yang tunduk kepada peraturan Islam, pasti hidupnya akan bermanfaat untuk kebaikan bangsa, tanah air, sanak famili, dan khususnya diri sendiri.
Kebaikan-kebaikan yang dihasilkan dari ketaatan kepada perintah Allah, niscaya akan mendatangkan kebaikan bagi pergaulan hidup manusia (sosial), dan memberi kontribusi kepada kesejahteraan bersama.
Inilah tujuan dan harapan banyak ahli pendidikan atau pendidik. Bagi mereka, pendidikan seharusnya bertujuan untuk membuat kehidupan manusia dipenuhi kebaikan yang sebenar-benarnya.
Jadi seharusnya, sistem pendidikan didasarkan pada kebaikan-kebaikan yang telah ditentukan oleh Pengatur Alam ini, sehingga anak didik akan menjadi orang yang berperadaban tinggi, tinggi derajatnya, dan akhirnya dapat membangun bangsa yang mulia.
Ada pula yang memahami “kebaikan” sebagai rasa kemanusiaan (menschelijkheid). Tapi, kebaikan berdasarkan kemanusiaan sesungguhnya memiliki makna yang berbeda-beda. Apa yang dianggap manusiawi itu sangatlah subyektif.
Secara umum, kebaikan menurut kemanusiaan ini terbagi dalam dua aliran: individualisme dan sosialisme. Individualisme menghendaki agar masing-masing manusia menghargai diri dan usahanya sendiri. Individualisme cenderung mendorong orang untuk mementingkan dirinya sendiri secara berlebihan, sehingga tak memedulikan orang lain.
Sedangkan sosialisme menghendaki persamaan dalam segala hal, semua hak, sama rasa sama rata. Sosialisme dapat membuat masing-masing orang menjadi hak bersama, menjadi bagian (anggota) dari kepentingan umum. Sosialisme yang berlebihan akan menghilangkan hak milik dan jasa dari anggotanya.
Kita semua harus memiliki kedua sifat ini secara bersamaan, dan menempatkannya secara proporsional. Kita, sebagai pribadi, harus menghormati hak-hak pribadi, sebagaimana juga kita sebagai bagian dari masyarakat wajib membela dan berkorban untuk kepentingan umum.
Masih banyak teori mengenai tujuan pendidikan yang tidak dapat semuanya dikemukakan dalam tulisan ini. Namun, secara umum dapat dikemukakan suatu tujuan yang mungkin disepakati oleh semua pihak, yaitu “untuk memperbaiki pergaulan hidup manusia, dengan cara mengetahui batas-batas hak dan kewajiban masing-masing, sehingga dapat hidup dengan semulia mungkin.”
Metode Mendidik
Ilmu pendidikan (paedagogiek) adalah pengetahuan tentang bagaimana cara kita mendidik. Ilmu pendidikan ini lahir dari pengalaman (ervaring) dan percobaan dengan menggunakan metode ilmiah—sebagaimana kelahiran ilmu pengetahuan lainnya.
Tujuan mendidik yang berbeda-beda itu dihasilkan dari percobaan yang juga tidak sama, tempat dan waktu dirumuskannya pun tidak sama. Tentu saja metode mendidiknya pun berlain-lainan. Konsekuensinya, penggunaan teori-teori pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan asal (sumber) teori itu, sebagaimana konteks ruang waktu yang melahirkannya juga harus dipertimbangkan.
Oleh sebab itu, tidak ada jaminan bahwa jika kita menggunakan “teori dan metode yang dianjurkan oleh pengarang-pengarang bangsa lain,” hal itu dapat bersesuaian dengan kepentingan, dan membawa hasil bagi umat Islam, dan bangsa Indonesia khususnya, yang hidup di zaman ini dan zaman yang akan datang, dalam situasi negeri seperti ini pula.
Asal muasal teori tersebut berdasar pada tujuan yang berbeda, kebutuhan dan kepentingan yang berlainan, serta kondisi soal bangsa yang juga tidak sama. Jadi, metode pendidikan Barat yang dianggap dapat menghasilkan kemajuan itu tidak serta-merta dapat ditiru begitu saja oleh kita (bangsa Timur), yang berada dalam kondisi seperti saat ini.
Hanya saja, kita bisa saja merujuk pada teori-teori mereka sebagai pedoman dan landasan dalam mendidik. Karena dari teori mereka masih ada pula yang perlu kita pakai dan kita coba, seraya menyadari bagian mana dari teori-teori tersebut yang berbahaya dan tak sesuai bagi kita sehingga jangan sampai dapat mempengaruhi anak-anak didik kita.
Memilih metode yang sesuai benar, itu memang tidak mudah. Terlebih lagi karena semua kegiatan pendidikan itu berhubungan dengan ilmu jiwa (zielkunde) atau yang disebut psikologi. Walaupun demikian, sebaiknya masing-masing pendidik harus mengetahui metode umum pendidikan. Kemudian perincian (tafsil)-nya terserah kepada tujuan pendidik masing-masing.[]