Ankara, Gontornews — Turki telah memecat hampir 8.000 polisi di seluruh negeri sebagai upaya membersihkan aparat dari para pendukung kudeta militer yang gagal, yang bertujuan menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Kantor Berita Anadolu melaporkan, Senin (18/7), Kementerian Dalam Negeri mengatakan 8.777 orang telah dicopot dari jabatannya. Ini termasuk 7.899 anggota polisi dan pasukan keamanan.
Erdogan sendiri telah berjanji, ‘pembersihan’ akan terus dilakukan terhadap lembaga-lembaga negara demi mencegah terulangnya kembali kudeta. “Kanker telah menyebar seperti virus dan harus diberantas,†paparnya seperti dikutip Al Jazeera, Senin (18/7).
Berbicara kepada para pendukungnya pada hari Ahad setelah menghadiri pemakaman warga sipil yang tewas dalam percobaan kudeta, Erdogan mengatakan pemerintahnya akan mempertimbangkan memberlakukan kembali hukuman mati yang telah dihapus Turki pada tahun 2004 sebagai bagian dari reformasi yang ditujukan untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan pada hari Senin, lebih dari 7.500 tersangka telah ditahan sehubungan dengan upaya kudeta.
“Sejauh ini 7.543 tersangka telah ditahan. Jumlahnya bisa berubah. Ini termasuk 100 polisi, 6.038 tentara, 755 hakim dan jaksa serta 650 warga sipil,” kata Yildirim.
Diduga, komplotan kudeta militer yang ditahan termasuk 103 jenderal dan laksamana, kata media pemerintah, sementara hampir 3.000 hakim dan jaksa dipecat setelah peristiwa akhir pekan ini.
Secara terpisah, 30 gubernur dan lebih dari 50 pegawai negeri berpangkat tinggi juga dicopot dari jabatannya pada Senin.
“Tanggapan pemerintah terhadap kudeta yang gagal melebar ke mana-mana,” kata Zeina Khodr dari Al Jazeera melaporkan dari ibukota, Ankara.
“Pada awalnya perwira militer dan jenderal yang ditahan, kemudian hakim dan lembaga peradilan, termasuk Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung, dan sekarang polisi,” kata Khodr.
“Tampaknya pemerintah tidak ingin mengambil risiko.” [Rusdiono Mukri]