Jenewa, Gontornews — Badan pengungsi PBB, UNHCR, Ahad (6/3/2022), mengatakan ada 1,5 juta warga yang melarikan diri dari invasi Rusia ke Ukraina. Krisis pengungsi ini menjadi yang tercepat di Eropa sejak perang dunia kedua.
“Lebih dari 1,5 juta pengungsi dari Ukraina telah menyeberang ke negara-negara tetangga dalam 10 hari,” ungkap komisioner tinggi UNHCR, Filippo Grandi, melalui akun Twitter-nya.
PBB menggambarkan arus keluar ini sebagai krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak perang dunia kedua. Pada Sabtu (5/3/2022), PBB melaporkan hampir 1,37 juta warga Ukraina telah mengungsi.
Pada saat yang bersamaan, Direktur Jenderal organisasi kesehatan dunia, WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan keprihatinannya atas situasi kemanusiaan yang semakin memburuk.
“WHO telah mengonfirmasi beberapa serangan pada (fasilitas) perawatan kesehatan di Ukraina, menyebabkan banyak kematian dan cedera. Laporan tambahan sedang diselediki,” kata Tedros.
“Serangan terhadap fasilitas kesehatan atau pekerja melanggar netralitas medis dan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” sambung Tedros sebagiamana dilansir Channel News Asia.
WHO telah mengerahkan stafnya ke Moldova, Polandia dan Rumania untuk dapat meningkatkan kapasitas respons dari kantor negaranya termasuk operasi, keterlibatan dengan mitra dan dukungan kepada pemerintah untuk merespons kesehatan.
Tedros menambahkan pengiriman kedua pasokan (alat) kesehatan sedang dalam perjalanan ke Polandia. Sementara pengiriman pertama yang mencakup trauma dan pasokan kesehatan darurat telah terkirim Kamis.
Sejauh ini, WHO mengutuk banyak laporan yang terverifikasi tentang serangan terhadap perawatan kesehatan di Ukraina.
PBB mengatakan pihaknya telah memperkirakan gelombang pengungsi akan meningkat saat tentara Rusia melancarkan serangannya ke ibu kota Ukraina, Kyiv.
Sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, total 922.400 orang telah melarikan diri dari Ukraina ke Polandia, kata penjaga perbatasan Polandia pada Ahad. Hungaria, Moldova, Rumania dan Slovakia juga menjadi destinasi pengungsi Ukraina. [Mohamad Deny Irawan]