Depok, Gontornews — Yayasan Dakwah Hasbi Peduli pada Jumat malam (11/3/2022) kembali mengadakan kajian Islami dengan mengangkat tajuk besar “Bedah Buku Fiqih Perbedaan Pendapat (Part-2) Karya Dr Yusuf Al-Qaradhawi”.
Hadir sebagai pemateri yaitu Ustadz Heri Efendi Lc selaku Founder Hasbi Quran Indonesia. Acara ini pun diadakan secara live via Zoom Meeting dan dimulai sekitar pukul 20.00 WIB, gratis dan terbuka untuk umum.
Kepada Gontornews.com, Ustadz Heri yang dalam kesempatannya membahas soal, “Adab dalam Berbeda Pendapat” menerangkan beberapa hal yang penting diperhatikan dalam menyikapi perbedaan pendapat.
Pertama, ikhlas karena Allah dan terbebas dari hawa nafsu. Seringkali perselisihan antarkelompok atau pribadi tampak secara lahiriah sebagai perselisihan ilmiah, tetapi sesungguhnya perselisihan tersebut timbul karena faktor egoisme dan memperturutkan hawa nafsu.
Selain itu, seringkali perselisihan itu juga terjadi karena faktor-faktor pribadi dan popularitas. Sekalipun dibalut dengan kepentingan Islam atau jamaah dan sebagainya, namun ujung-ujungnya kerap dimanfaatkan untuk memperebutkan kepemimpinan dan jabatan.
“Ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan itu daya rusaknya terhadap agama adalah jauh lebih besar dibanding bahaya serigala lapar yang dilepas di tengah kawanan kambing,” terang sang ustadz. Oleh karena itu, kita harus melatih diri kita untuk tazkiyatun nafs, agar tidak terbuai dan dapat mencegah hawa nafsu.
Kedua, tinggalkan fanatisme terhadap individu, madzhab, atau golongan. Seseorang harus melepaskan dirinya dari fanatisme terhadap pendapatnya sendiri. Fanatisme ini, akan membuatnya senantiasa mempertahankan pendapatnya sendiri, sekalipun tahu bahwa pendapatnya salah dan lemah argumentasinya. Fanatik terhadap diri sendiri juga merupakan pintu pengantar kepada fanatik-fanatik yang lain seperti fanatisme madzhab atau golongan.
Ketiga, berprasangka baiklah kepada orang lain. Sebab prasangka buruk merupakan perangai jahat yang dikecam al-Qur’an dan al-Hadits.
Keempat, tidak menyakiti dan mencela. Diantara faktor penyambung hubungan ialah sikap tidak menyakiti dan mencela orang yang berbeda pendapat dengan kita. Selain itu berani meminta maaf kepadanya, sekalipun dia salah dalam menyikapi anggapan kita.
Dalam perdebatan pun, bisa jadi dia yang benar dan kita yang salah, sebab dalam masalah ijtihad, tidak ada kepastian tentang kebenaran salah satu dari kedua pendapat yang diperselisihkan.
Kelima, jauhi pertengkaran dan permusuhan sengit. “Sesungguhnya, orang yang paling dimurkai Allah adalah orang sengit dan suka bermusuhan.” HR. Muslim: 2668.
Keenam, dialog dengan cara yang lebih baik. Dalam dialog seharusnya ditonjolkan suasana ilmiah dan ketenangan, daripada suasana debat dan emosi. “Kalimat-kalimat yang keluar dari kedua belah pihak adalah angin yang menyejukkan, bukan badai yang memporak-porandakan,” pungkas Ustadz Heri, alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir tersebut. [Edithya Miranti]