Batang, Gontornews – Maraknya informasi tentang pemutarbalikan fakta PKI membuat sebagian besar masyarakat Indonesia diliputi rasa kekhawatiran. Pasalnya, kekejaman dan kejahatan massa partai berlambang palu arit terhadap bangsa Indonesia tidak bisa dimaafkan.
“Ada pemutarbalikan opini, seolah-olah negara ini dulu yang membantai PKI, maka mereka minta supaya negara merehabilitasinya karena PKI adalah korban,†terang Mayjen TNI (Purn) Budi Sudjana dalam seminar kewaspadaan nasional bertajuk “Mencermati Kebangkitan Komunis Gaya Baru (KGB) dalam Rangka Keutuhan NKRIâ€Â di Pondok Modern Tazakka Batang, Ahad (15/5).
“Bahkan mereka pergi ke pengadilan internasional. (Perbuatan mereka) ini tidak benar. Ini sangat berbahaya bagi negeri ini,†tambahnya.
Selaku Ketua Umum DPP Gerakan Bela Negara (GBN) Budi menegaskan, PKI bukanlah korban. PKI menyerang dan membunuh para ulama. Karena alasan itu, TNI bertindak cepat untuk melawan dan membasmi kelompok tersebut.
“Mereka juga mendengungkan adanya rekonsiliasi terhadap UUKR yang sudah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi, bahkan mereka sekarang ingin menghidupkan kembali partai mereka lewat Keppres,†ungkapnya.
Senada dengan Budi Sudjana, Arukat Djaswadi, yang juga tokoh gerakan antikomunis Surabaya, memuturkan bahwa salah satu strategi PKI adalah dengan melemahkan dan menghadang laju perkembangan pesantren.
“Biasanya mereka melakukan provokasi dengan menjelek-jelekkan kiai-kiai pesantren atas nama rakyat,†jelas Arukat Djaswadi.
Selain memprovokasi, PKI disinyalir akan merebut dan merampas tanah milik pesantren atas nama rakyat. Terakhir, provokasi yang mereka buat adalah dengan melakukan penistaan agama. Arukat mengajak masyarakat agar selalu waspada terhadap paham komunis, memperkuat jaringan serta bersiaga apabila perlawanan terhadap PKI kembali digelorakan.
“Umat juga perlu dibangun kewaspadaannya agar jangan mudah diadu-domba satu sama lain. Hati-hati dengan PKI karena dia itu licik dan merusak,†tutur Akurat yang juga saksi hidup Kanigoro Affair yang terjadi di Kediri, 13 Januari 1965.
Sementara itu, Alfian Tanjung dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengajak masyarakat agar memahami apa itu komunisme berikut dengan bahaya-bahaya yang mengancam keutuhan NKRI. Alfian menyoroti generasi muda Indonesia yang kurang menelaah informasi sejarah.
“Sekarang, generasi muda kita sangat melek informasi dan teknologi, tapi mereka tidak melek sejarah, apalagi sejarah perjuangan bangsa terhadap pemberontakan PKI,†tegasnya.
“Kita bisa lihat, saat ini para pejuang komunis sudah menyebar di mana-mana. Mulai dari partai, parlemen, lembaga nasional hingga istana. Maka, ini sangat berbahaya sekali bagi keutuhan NKRI,†jelas anggota MUI bidang dakwah itu.
Alfian menawarkan lima langkah untuk mengantisipasi penyebaran paham komunis, yaitu: penyadaran dari sisi sejarah, menjelaskan situasi dan implikasinya, pengkaderan serta pembuatan basis-basis antikomunis.
Bertindak sebagai keynote speaker, Pimpinan Pondok Modern Tazakka KH Anang Rikza kembali mengingatkan, bela negara adalah kewajiban setiap Muslim. Penjagaan yang dilakukan oleh setiap masyarakat dalam rangka mempersiapkan masa depan perlu digalakkan kembali. Salah satunya dengan membendung dan melawan gerakan-gerakan komunisme yang tidak mengenal Tuhan.
“Jangan sampai masa depan negeri ditentukan oleh orang-orang asing atau pihak-pihak yang tidak memiliki visi dan komitmen NKRI, atau oleh paham-paham yang merusak dan menggerogoti persatuan dan kesatuan bangsa,†ungkapnya.
“Tazakka, berada di tengah-tengah dan berjuang untuk mempersatukan umat,†pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan/Rus]