Jakarta, Gontornews — Umat Muslim meski minoritas mereka tumbuh cukup subur di Australia. Berdasarkan sensus tahun 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71 persen penduduk Australia beragama Islam. Angka ini naik pada sensus 2011, menjadi 476.291 orang atau sekitar 2,2 persen yang beragama Islam. Dakwah Islam tersebar di negeri Kanguru melalui kedatangan imigran Muslim dari Turki, Afghanistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan sejumlah negara lain di Timur Tengah.
Kendati umat Muslim bukan mayoritas, sejumlah umat Muslim Australia tengah mengusahakan supaya umat Islam bisa menjalankan transaksi keuangannya sesuai syariat Islam dengan mengupayakan berdirinya Bank Syariah perdana di negeri Kanguru ini. Inisiator bank syariah ini terdiri atas sejumlah pemuka Muslim serta para bankir senior di Australia. Bank syariah ini diharapkan bisa mulai beroperasi tahun depan.
Sebagaimana diketahui bersama bank syariah tidak menggunakan bunga bank untuk memperoleh pendapatan. Bedanya bank syariah dengan bank konvensional yaitu dalam soal bunga bank yang oleh banyak kalangan Muslim dianggap riba yang hukumnya haram dalam Islam. Mereka percaya keuntungan harus datang dari materi dan tenaga kerja yang nyata.Makanya dalam upayanya memperoleh pendapatan bank syariah menggunakan perjanjian bagi hasil antara pihak bank dengan nasabahnya.
Sebagai contoh misalnya suatu perusahaan mengambil pembiayaan dari bank syariah, lalu perusahaan itu mendapatkan keuntungan, maka keuntungan inilah yang dibagi dengan bank. Bila perusahaan tersebut tidak menghasilkan untung atau rugi, maka pihak bank pun tidak menghasilkan uang dari pinjaman tersebut. Perbankan syariah juga tidak berurusan dengan pembiayaan untuk usaha-usaha yang dilarang agama seperti perjudian, tembakau dan alkohol.
Prinsip-prinsip inilah yang mendorong Dr Rashid Raashed ingin mendirikan Islamic Banking Australia (IBA) delapan tahun lalu. Grup IBA ini menargetkan bisa memperoleh izin penuh sebagai lembaga perbankan pada 2021. Pakar hukum dari Macquarie University, Dr Raashed mengatakan, pihaknya telah mengupayakan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan ketentuan syariah dan hukum Australia. “Saya ingin memberikan alternatif bagi nasabah yang ingin menjaga dan menjalankan keyakinan mereka,” jelasnya seperti dikutip ABC, Sabtu (15/8).
Dikatakannya Otoritas Peraturan Prudensial Australia (APRA) kini sedang mempertimbangkan untuk memberikan izin terbatas kepada IBA untuk melayani basis nasabah kecil. Bank syariah itu nantinya juga akan menyediakan layanan digital termasuk transaksi, deposito, dan pembiayaan cicilan rumah sebelum memasuki sektor kredit usaha kecil.
Menurutnya, dengan bank syariah ini akan membuat lega warga Muslim Australia dan akan menampilkan keberagaman dan model lain bagi nasabah yang tertarik dengan perbankan etis. Jika nantinya beroperasi, bank syariah di Australia ini akan menambah ragam layanan keuangan yang lebih peka terhadap nilai-nilai agama dan budaya. Nasabah non-Muslim yang ingin mencari alternatif pun bisa mempertimbangkan layanan bank syariah ini.
Sementara itu Muzzammil Dhedhy dari Hejaz Financial Services mengatakan, pembentukan bank syariah akan menjadi pencapaian yang signifikan. “Muslim Australia memiliki pilihan terbatas dalam layanan keuangan syariah yang juga memberikan hasil yang tepat,” katanya.
Muzzammil mengatakan para nasabah bukan hanya mencari produk keuangan syariah semata tapi juga yang berkualitas.”Nasabah Muslim sebenarnya sudah dapat mengakses rekening tabungan tanpa bunga di bank konvensional. Jadi tergantung apakah bank syariah bisa memberikan bagi hasil yang diinginkan selama ini,” jelasnya.
Sektor perbankan syariah telah lama diminati sejumlah bankir senior di Australia. Pendiri sedkaligus Dirut ME Bank, Anthony Wamsteker, menjabat sebagai ketua IBA Group. Sementara posisi direktur dijabat Sultan Choudhury, penerima bintang jasa Officer of the British Empire dalam sektor keuangan Islam.
Posisi Dirut IBA diduduki oleh Dean Gillespie, mantan bankir di Commonwealth Bank, Bankwest, dan bank lainnya di berbagai negara. Menurut Gillespie, kesempatan membangun model baru perbankan di Australia mendorong dirinya untuk terlibat. “Kesempatan membangun sesuatu dari nol yang akan sangat membantu suatu segmen masyarakat sangat menarik bagi saya,” ujarnya.
Dengan calon nasabah yang kini sudah lebih dari 1.000 orang, Dean mengatakan minat selera masyarakat Australia terhadap perbankan syariah sangat nyata. “Ada pula peluang sebagai layanan baru dalam ekosistem Australia. Nasabah begitu lama hanya dilayani bank-bank besar,” katanya.
Sepuluh tahun lalu sebuah makalah diskusi tentang keuangan Islam sempat memicu perdebatan politik di negeri kanguru itu. Ketua Dewan Perpajakan saat itu, Dick Warburton, menilai diskusi tersebut lebih bernuansa emosi. “Jelas ada penolakan dalam masyarakat terhadap apa pun yang berbau Islami saat ini. Tapi kita harus melihatnya secara langsung, bukan pada perasaan emosional,” kata Dick saat itu.
Diharapkannya mayoritas warga Australia tidak lagi memperdebatkan hal ini. “Kami berupaya menjadi perbankan etis yang memberikan manfaat. Sebagian orang mungkin menentangnya tapi saya tidak akan membahas hal itu,” katanya. []