Jakarta, Gontornews — Krisis Suriah sudah terlalu lama belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir. Gencatan senjata yang baru saja ditetapkan sepihak oleh rezim Suriah, justru diwarnai oleh aksi pemboman lain yang menyasar Kamp Kamuna, dekat Kota Sarmada, Provinsi Idlibs yang berdekatan dengan perbatasan Turki. Aleppo, satu kota besar di Suriah bagian utara, dua pekan belakangan menjadi kota paling ‘panas’.
Puncaknya saat satu rumah sakit dan klinik kesehatan di kota ini menjadi sasaran pesawat dan helikopter tempur rezim dibantu Rusia. Aleppo hancur dan memerah darah oleh korban-korban sipil akibat pemboman itu. Belasan ribu keluarga sipil di Aleppo kini sedang tertatih, terjebak dalam gempuran perang.
Publik dunia pun tersentak dengan aksi membabi-buta rezim Suriah. Mereka menunjukkan dukungan kepada warga sipil Suriah yang menjadi korban lewat jagad media sosial. Tagar #AleppoIsBurning dan #saveAleppo pun memenuhi ragam linimasa di media sosial. Beberapa aksi damai mengecam tindakan tak beradab itu berlangsung di beberapa kota dunia.
Ikut dalam aksi solidaritas dalam tajuk “Simphaty of Solidarity Syria†(SOS Syria), Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama para relawan kemanusiaan dari Masyaraat Relawan Indonesia (MRI) menggelar aksi solidaritas pedui Suriah bertema ‘Stop Memerah Darah†di arena Car Free Day di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (8/5). Aksi yang terdiri dari orasi singkat, penandatanganan dukungan dan penggalangan dana ini juga menyajikan aksi teaktrikal ‘penembakan warga sipil Suriah’.
Aksi ini menjadi aksi kesekian lembaga ini dalam menyikapi dan menggugah kepedulian masyarakat Indonesia terhadap penderitaan rakyat Suriah.
Sehari sebelumnya relawan juga mengajak penumpang Commuter Line jurusan Stasiun Kota menuju Bogor untuk peduli dengan penderitaan warga Sipil Suriah yang menjadi korban konflik.
Aksi di Ahad pagi yang berlangsung simultan di beberapa kota ini, menjadi pelengkap saat ACT mengirim Tim Kemanusiaannya membawa donasi 1 miliar rupiah untuk diimplementasikan pada para pengungsi Suriah di perbatasan Turki – Suriah.
“Dunia sudah terlalu lama diam melihat krisis Suriah. Momentum Aleppo memerah darah menjadi saat yang tepat bagi dunia untuk ikut dalam menghadirkan perdamaian di Suriah. Kami, bersama para relawan MRI serentak melakukan aksi ini di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Kediri, Bandung, Medan, Kota Tangerang dan Kota Bekasi, berharap Pemerintah RI dan masyarakat Indonesia bersimpati terhadap masalah kemanusiaan di Suriah,†ujar Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT), Insan Nurrochman, yang memimpin aksi serentak ini dari Jakarta.
Alasan terkuat pihak bersama para relawan kemanusiaan dari MRI turun ke jalan, imbuh Insan, didasarkan atas kekecewaan minimnya pemberitaan oleh media-media mainstream di Indonesia terkait tragedi kemanusiaan yang berlangsung di Suriah.
Atas nama kemanusiaan, sebaiknya berbagai pihak ikut bersimpati atas kondisi yang menimpa warga suriah, yang terluka, kehilangan anggota keluarga, kehilangan aset kehidupan bahkan ketenangan selayaknya warga negara.
Bersama masyarakat, pihaknya berharap media dan Pemerintah RI ikut bersuara keras atas penderitaaan rakyat Suriah selama enam tahun terakhir ini. Aksi solidaritas termasuk pemberian bantuan kepada warga Suriah, kata Insan, adalah aksi nyata membantu kemanusiaan. Bukan pemanfaatan situasi krisis atas nama kemanusiaan, apalagi distigma sebagai penyokong terorisme seperti yang selama ini didengungkan beberapa pihak. Apapun ideologinya, apapun alasan konfliknya, jiwa manusia terlalu berharga untuk dilenyapkan. Indonesia, imbuh Insan, perlu teribat dalam mewujudkan perdamaian dan politik “bebas aktif”, berdiri di atas kepentingan kemanusiaan.
“Tak sulit membedakan mana bantuan kemanusiaan dan mana ‘teroris’. Sikap menghalangi penyelamatan jiwa dan pembiaran semua sebab hilangnya banyak jiwa, justru musuh nyata kehidupan yang harus disikapi,†papar Insan.
Indonesia perlu bersuara dan bertindak nyata, sebab pernah merasakan beratnya hidup dalam hujan peluru dan gempuran bom selama perang kemerdekaan.
Di Suriah saat ini, penghancuran infrastruktur kota-kota di Suriah dan pelanggaran hak asasi manusia sampai pada tahap mengerikan, terus saja berlangsung. Ironisnya, kebutuhan dasar seperti makanan dan perawatan medis bagi para korban konflik di Suriah sangat jauh dari memadai. “Sikap diam malah jadi pembenaran atas praktik penanganan krisis yang berpotensi melenyapkan ribuan jiwa manusia,†imbuh Insan. ‎
Numali Tahir (21), mahasiswi Surya Global Yogyakarta yang ikut menyaksikan dan mendukung aksi SOS Syria di area Titik Nol berharap aksi kepedulian ini bisa menggerakkan pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia untuk membantu Suriah.
Tak ingin ketinggalan berkomentar, Adit (12) SD kelas 6 yang ikut menandatangani spanduk dukungan mengatakan, “Sedih rasanya dengar ada banyak anak-anak di sana (Suriah) jadi korban, titip pesan buat Pak Jokowi ya…tolong (mereka) dibantu dengan uang yang banyak.â€
Sebagai pelengkap aksi, para relawan memang menyediakan satu banner panjang sebagai media bagi para pengunjung CFD menorehkan tandatangan dukungan kepedulian untuk rakyat Suriah.
“Aksi di berbagai kota ini, akan terus berlanjut sampai pemerintah Indonesia menyatakan dukungannya kepada suriah. Dan kami juga tidak akan berhenti aksi sampai dunia tahu dan sadar bahwa tragedi Aleppo adalah tragedi dunia,” tegas Insan Nurrohman.[Rusdiono Mukri]