Dhaka, Gontornews — Pemerintah Bangladesh, Rabu (28/7/2021), tengah melakukan koordinasi dengan badan konservasi dunia, International Union for Conservation of Nature (IUCN), terkait dengan tanaman hijau yang membahayakan lingkungan.
Bangladesh telah mengindentifikasi spesies tanaman eksotik impor yang membahayakan lingkungan dan merusak spesies tanaman asli. Para ahli dari Bangladesh National Herbarium (BNH) mengatakan upaya penghijauan dengan menanam pohon tertentu, sebagai penutup alamiah, telah merusak tanah karena daunnya tidak mudah membusuk.
“IUCN masih mengerjakannya dan akan menyiapkan strategi pengelolaan untuk mengendalikan spesies asing invasif atau tumbuhan eksotik dalam negeri,” kata peneliti utama BNH, Sarder Nasir Uddin, kepada Anadolu Agency.
Mantan kepala Conservator of Forest, Ishtiaq Ahmed, mengatakan tanaman invasif telah mengambil ruang dan lahan telah membahayakan spesies asli. Ia mengatakan beberapa pohon telah diperkenalkan untuk ditanam guna mencegah degradasi tanah serta memperbaiki nitrogen yang menyuburkan tanah. Namun, mereka tidak berencana untuk melanjutkan program penanaman itu dalam waktu yang lama.
Peneliti ekologi dan koservasi keanekaragaman hayati Bangladesh, Pavel Partha, mengatakan bahwa tanaman ini tidak memiliki manfaat bagi lingkungan. “Dalam penelitian saya di Universitas Jahangirnagar, saya menemukan pertumbuhan yang rendah pada tanaman kecil di sekitar pohon Akashmoni,” kata Partha.
“Tanaman ini mengurangi kesuburan tanah, mengeringkan permukaan air bawah tanah hingga 18-20 kali lebih banyak dari pohon lokal lainnya. Sementara pohon tinggi itu bukan habitat dan tempat mencari makan bagi burung atau hewan yang hidup di pohon lainnya,” sambung Partha.
Partha menjelaskan spesies burung seperti burung hantu, burung beo, lebah madu dan semut tidak suka berlindung pada tanaman eksotis tersebut. Tidak hanya itu, pohon-pohon ini juga tidak dapat melindungi lingkungan dari risiko bencana alam seperti angin topan.
“Pohon-pohon ini ditanam dalam jumlah besar di Bangladesh utara di dekat area persawahan. Saat ini, (pohon) menyebabkan bahaya bagi lingkungan,” tutup Partha. [Mohamad Deny Irawan]