Depok, Gontornews — “IT (Informasi dan Teknologi) atau apapun hasil kemajuan teknologi ibarat sebilah pisau yang bisa digunakan untuk menggunting kertas atau bahkan bisa untuk menusuk orang lain,” ungkap Seto Mulyadi, ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, kepada Gontornews.com. Semua ini, lanjutnya, sangat tergantung pada si penggunanya.
Pria yang biasa dipanggil Kak Seto ini lantas menyampaikan bahwa dampak positifnya, IT sangat cepat membantu anak menjelajahi dunia. Sedangkan negatifnya anak juga bisa menyalahgunakannya untuk tindak kekerasan, penyimpangan seksual dan lainnya.
Oleh karenanya, agar anak tidak kecanduan gadget, perlu ada aturan dan konsistensi dalam menaati aturan itu secara bersama-sama.
Qari, pembicara dalam seminar parenting bertajuk “Kiat-Kiat Mendampingi Generasi Alfa di Era Digital”, di bilangan Kukusan, Depok, ini menyampaikan bahwa pemberian gadget kepada anak sebaiknya tidak secara cuma-cuma atau gratis tanpa syarat. “Semisal boleh menggunakan gadget setelah menyelesaikan tugas sekolah,” ungkapnya kepada Gontornews.com.
Mahasiswi program Magister Profesi Psikologi Klinis Anak, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, itu juga menyampaikan bahwa banyak anak yang sudah terdampak risiko akibat terlalu lama asyik bermain gadget. Di antaranya, seperti antisosial, emosional tak terkendali, malas beraktivitas, penglihatan terganggu, juga berisiko melihat konten-konten terlarang. <Edithya Miranti>