Bogor, Gontornews “Dugong atau yang biasa dikenal dengan ikan duyung serta habitatnya, padang lamun, terancam punah akibat kerusakan lingkugan serta perburuan masif. Dugong diburu untuk diambil daging, air mata serta minyaknya yang memiliki daya jual tinggi.
Kerusakan Padang lamun di Indonesia sangat berkontribusi pada ancaman kepunahan dugong, mengingat pakan utama mamalia laut ini adalah lamun,†jelas Wawan Kiswara, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagaimana dilansir laman lipi.go.id.
Menurut data yang dihimpun oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, luas padang lamun di Indonesia hanya 25.752 hektar yang tersebar di 29 lokasi di Indonesia. Kondisi ini, sebut Wawan, cenderung menurun tiap tahunnya.
Lebih lanjut, Wawan mengungkapkan, dugong telah terdaftar dalam Global Red List of International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam kategori rentan kepunahan. Pun dari dalam negeri, Dugong juga telah terdaftar sebagai hewan yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Selain faktor rusaknya lingkungan padang lamun, dugong juga kerap mendapatkan ancaman hingga berujung kematian akibat jaring nelayan. Oleh nelayan, dugong, atau sapi laut, diikat sebagai peliharaan
Selain itu, perburuan masif untuk mengambil daging, minyak dan air mata dugong, yang bernilai jual tinggi, kerap ditemukan di lapangan.
Ancaman kepunahan semakin nyata karena dugong memiliki reproduksi alami yang sangat lambat. Untuk melahirkan satu anak, dugong dewasa harus berumur 10 tahun dan 4 bulan. Selain itu, jarak lahir antaranak dugong mencapai 2,5-5 tahun.
Dengan lambatnya reproduksi alami dugong dan rentannya kondisi habitatnya, pelan tapi pasti, populasi hewan ini akan menurun dan kalau tidak diselamatkan akan mengalami kepunahan,†ungkap Wawan gelisah.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan. Ia mendorong pihak-pihak terkait untuk membentuk model konservasi dugong dan padang lamun.
Pembentukan ini tentu saja memerlukan sinergi dari berbagi pihak,†katanya. Pembentukan konservasi ini bersifat sinergis yang melibatkan LIPI, World Wild Life (WWF) dan LIPI.
Agung berharap pembentukan konservasi bagi dugong dan padang lamun ini berbasis masyarakat lokal.
“Harapannya agar dugong dan habitat lamun dapat diselamatkan dari kepunahan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dugong dan keindahan biota laut Indonesia,†pungkas Agus. [Mohamad Deny Irawan/Rusdiono Mukri]