Jakarta, Gontornews — Habib Ir Nabiel Al Musawwa MSi, Pimpinan Majelis Rasulullah berkesempatan mengisi tausiyah akbar dalam acara, “ODOJ Bangun Negeri” yang diadakan oleh Komunitas One Day One Juz.
Di hadapan ribuan peserta Muslimin dan Muslimat dari dalam dan luar kota tersebut, sang Habib menyampaikan agar kita mengusahakan untuk sungguh-sungguh dalam belajar al-Qur’an. Sebab ada empat derajat dalam beriman kepada al-Qur’an.
“Usahakan bacaan kita itu benar, karena bacaan yang benar adalah tingkat pertama,” jelas habib kelahiran 5 Mei 1967 itu. Kemudian, lanjutnya, tingkat kedua adalah tadabbur atau merenungkan kandungan al-Qur’an.
“Kalau kita ingin hidup, bangsa, dan keluarga kita benar ya harus merenungkan kandungan makna al-Qur’an,” tambah dai yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2009-2014 dari Fraksi PKS (Partai Keadilan Sosial).
Sang Habib lantas menceritakan kisah perjuangan para sahabat dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Para sahabat itu, imbuh Habib Nabiel, paling rendah tadabburnya yakni dengan cara mengulang-ulang ayat. Para sahabat kalau menemukan ayat yang menyentuh hati mereka, mereka tidak langsung lanjut ke ayat lainnya, tapi akan mengulang-ulangi ayat tersebut.
Ada seorang sahabat perempuan bernama Asma binti Abu Bakar, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Pada suatu hari seorang sahabat lewat di depan rumah Asma ketika waktu Dhuha. Saat itu sahabat tersebut mendengar Asma sedang membaca al-Qur’an Surat at-Thur ayat 27-28 dan terus mengulang-ulanginya. Setelah pergi dan balik dari pasar, sang sahabat masih mendengar Asma mengulang-ulanginya.
Asma mengulang-ulang ayat yang berbicara tentang adzab api neraka. Maknanya, Allah SWT menyelamatkan kami dari adzab api neraka. “Kami itu di dunia, sebelum minta dijauhkan dari adzab api neraka, maka pada hari ini Allah menyelamatkan kami dari adzab api neraka,” terang habib yang aktif juga di Rabithah Alawiyah dan Majelis Ulama Indonesia. Sama Asma ayat itu diulang-ulang, sampai sekian lama untuk mengingatkan dirinya.
Habib Nabiel lantas berpesan bahwa kalau kita belum bisa Bahasa Arab, gurunya bicara, pada satu halaman al-Qur’an yang kita baca, setidaknya bacalah satu ayat saja terjemahannya. Dengan demikian, ketika usai membaca al-Qur’an, akan ada manfaat yang bisa kita ambil dari amalan kita dalam mentadabburi ayatnya walaupun hanya satu ayat saja dalam satu halaman.
Kemudian tingkatan interaksi al-Qur’an ketiga yakni mengimani seluruh ayat al-Qur’an baik yang muhkamat dan mutasyabihat. “Maksudnya misalnya di dalam al-Qur’an ada ayat kewajiban menutup aurat, jangan kita menolaknya untuk beriman. Kemudian jangan pula kita memilah-milah al-Qur’an karena jika begitu kita tidak akan selamat. “Lalu terakhir adalah mengamalkan ayat al-Qur’an dalam kehidupan kita,” pungkasnya kepada Gontornews.com. [Edithya Miranti]